Gojek berencana menutup sebagian layanan GoLife. Bukalapak juga sempat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawan. Modal ventura (venture capital) menilai, kebijakan ini merupakan hal yang wajar.
Vice President Investment BRI Ventures William Gozali menilai, startup identik dengan eksperimen. “Jadi wajar untuk memprioritaskan usaha ke hal lain, jika eksperimen tidak berjalan sesuai ekspektasi,” kata dia kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu (20/12).
Apalagi, Gojek dan Bukalapak mulai berfokus untuk memperbaiki laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA). “Saya melihat ini siklus dan dinamika yang wajar bagi startup dengan ukuran seperti mereka,” kata dia.
Chief Excecutive Office (CEO) Mandiri Capital Eddi Danusaputro enggan berkomentar terkait Gojek ataupun Bukalapak. Namun, pada umumnya setiap startup memiliki strategi berbeda untuk bisa meraup untung.
"Path to profitability umumnya mulai pada tahun ketiga atau kelima sejak perusahaan memulai bisnisnya," kata dia. (Baca: Gojek Bakal Tutup Sebagian Besar Layanan di GoLife, Berikut Daftarnya)
Meski begitu, menurut dia, tidak semua startup mengejar untung. "Bisa saja memang strategi mereka memperbanyak pengguna, kemudian diakuisisi oleh perusahaan atau startup besar lainnya," kata Eddi.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung sepakat bahwa kebijakan Gojek dan Bukalapak itu merupakan hal yang normal. "Pada akhirnya (startup) juga harus punya prioritas, terutama apabila ingin menuju EBITDA positif," kata dia.
Ia menilai, fenomena startup yang menutup sebagian layanan ataupun melakukan PHK karyawan dapat menjadi tren baru. Namun, hal itu tergantung pada jalur bisnis yang ditempuh tiap perusahaan serta dukungan para investor.
Apabila investor masih ingin memberikan dukungan inovasi bagi startup, bisa saja operasional tetap berjalan. "Tetapi, kalau investor sudah meminta startup untuk EBITDA, mau tidak mau mereka harus prioritas," ujar Ignatius.
Sebelumnya, GoLife mengatakan bahwa kinerja sebagian besar layanan GoLife stagnan. Hanya GoClean dan GoMassag yang positif.
(Baca: GoLife Tutup Mayoritas Layanan, Bagaimana Nasib Para Mitra?)
GoLife pun telah mengumumkan hanya akan berfokus pada GoMassage dan GoClean. Kedua layanan tersebut berkontribusi 90% dari total pesanan platform tersebut.
Sedangkan GoLaundry, GoDaily, dan marketplace akan ditutup pada 31 Desember. Lalu layanan GoGlam dan GoFix akan berhenti pada 15 Januari 2020. Kemudian GoAuto bakal diintegrasikan dengan layanan GoClean.
Wakil Presiden yang bertanggung jawab terhadap layanan GoLife, Wesly Simatupang mengatakan, perusahaan menyadari perlu meninjau kembali layanan GoLife. Hal ini untuk memastikan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
"Keputusan ini juga untuk memastikan bahwa konsumen dapat sepenuhnya menikmati ekosistem GoLife,” ujar Wesly seperti dikutip dari Tech In Asia, Selasa lalu (18/12).
Pada September lalu, Bukalapak melakukan PHK terhadap karyawannya. Hal itu sebagai salah satu strategi perusahaan agar dapat menjaga keberlanjutan bisnis dan dapat menjadi unicorn pertama yang mencetak keuntungan.
(Baca: Bukalapak PHK Karyawan, Ada Apa dengan Unicorn ke-4 Indonesia Ini?)
Chief of Strategy Officer of Bukalapak Teddy Oetomo menjelaskan, meski pertumbuhan Gross Merchandise Value (GMV) merupakan indikator penting, perusahaan ingin membangun bisnis ke tahap lebih jauh. Perusahaan ingin menghasilkan keuntungan.
Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan penyelarasan internal, termasuk dengan PHK karyawan. Penyelarasan dibutuhkan untuk menerapkan strategi bisnis jangka panjang, serta menentukan arah selanjutnya.
"Kami ingin menjadi e-commerce unicorn pertama yang meraih keuntungan,” kata Teddy. Setidaknya, perusahaan berharap mencapai titik impas (break even point/BEP) dalam waktu dekat.
Pada pertengahan tahun ini, laba kotor Bukalapak meningkat tiga kali lipat dibandingkan pertengahan 2018. Bukalapak juga berhasil mengurangi setengah kerugian dari EBITDA selama delapan bulan terakhir.
(Baca: Bukalapak Dorong Eks Karyawan Kena PHK Buat Startup Baru )