Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (iDEA) Ignatius Untung menilai, target Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Ma’ruf Amin mengembangkan 3.500 startup pada 2024 sangat mungkin tercapai. Namun, ada risiko yang menyertai cepatnya pertumbuhan tersebut.
Risiko yang dimaksud adalah ketatnya persaingan, sehingga sulit bagi startup untuk tumbuh berkelanjutan. “Kalau tidak didukung pendanaan yang luar biasa, sepertinya akan berat bagi pemain baru masuk ke sektor yang sudah banyak pemainnya,” ujar dia kepada Katadata, Senin (18/3).
(Baca: Suntikan Modal Unicorn Selamatkan Investasi Indonesia)
Ia memberikan contoh, pelayanan di bidang berbagi tumpangan (ride-hailing) dikuasai oleh dua pemain besar yakni Gojek dan Grab. Memang ada beberapa pemain baru di sektor ini, seperti Anterin. Menurutnya, butuh pendanaan yang besar untuk mengalahkan dua pemain utama di bidang layanan ini.
Begitu pun dengan e-commerce. Ia melihat pemain di sektor ini cukup banyak. Kondisi serupa ia temukan di bidang layanan lain, seperti financial technology (fintech) baik pinjaman (lending) maupun pembayaran.
(Baca: Aplikasi Mertani Bantu Petani Pantau Tanaman Lewat Ponsel)
Untuk itu, menurutnya pertumbuhan startup harus dibarengi dengan upaya pengembangan. Selain itu, startup yang dibangun harus masuk ke sektor yang belum banyak dijamah seperti kesehatan (health-tech) dan agribisnis (agro-tech). Toh, kedua sektor ini menurutnya tengah berkembang sehingga potensial untuk digarap.
Dia juga berharap, pemerintah menyiapkan langkah khusus untuk menjaga ketahanan dan kualitas dari startup yang bakal dikembangkan. “Mendirikan perusahaan itu mudah. Yang sulit mempertahankan bisnisnya dan mencari cara bagaimana perusahaan itu untung,” ujar Ignatius.
(Baca: Pemerintah Dinilai Perlu Bentuk Modal Ventura Milik Negara)
Secara keseluruhan, ia mencatat pertumbuhan startup di Indonesia sangat cepat. Berdasarkan informasi yang ia peroleh, startup yang muncul di Indonesia mencapai 700-900 dalam setahun. Untuk itu, ia melihat target Ma’ruf Amin untuk mengembangkan 3.500 startup hingga 2024 sangat mungkin terealisasi.
Meski begitu, dari sekian banyak startup yang ada di Indonesia, hanya sedikit yang memeroleh keuntungan. Sebab, sebagian besar pelaku usaha di bidang digital ini masih dalam tahap investasi.
Di lain kesempatan, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara sepakat bahwa target Ma’ruf Amin itu memungkinkan untuk tercapai. Ia juga sependapat, bahwa hal utama yang perlu diperhatikan adalah kualitas dari perusahaan rintisan itu sendiri. "Target itu sangat mungkin terjadi. Hanya, kami ingin startup lebih layak, yang sudah melewati proses inkubasi dan akselerasi,” katanya.
(Baca: Infrastruktur Langit, Menghubungkan Nusantara dengan Palapa Ring)
Program inkubasi dan akselerasi startup bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan startup di masa-masa awal. Perbedaan mendasar dari kedua program ini ada pada lamanya proses. Inkubasi biasanya memakan waktu sekitar enam bula atau lebih. Sedangkan akselerator biasanya berlangsung selama tiga bulan atau lebih.
Kedua program ini menurut Rudiantara penting, supaya startup bisa mengembangkan bisnis ke depan. “Supaya mereka siap untuk pendanaan series selanjutnya," kata dia. Sebab, para pemberi modal ingin startup yang mereka danai tumbuh berkelanjutan.