Investor Tiongkok Prediksi Dua Layanan Ini Buat Gojek dan Grab Untung

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Ilustrasi, pengemudi ojek online menunggu penumpang di kawasan Paledang, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/11/2019).
Penulis: Desy Setyowati
3/8/2020, 14.54 WIB

Bank investasi asal Tiongkok, China Renaissance menyebutkan ada dua layanan yang bisa membuat Gojek dan Grab untung. Keduanya yakni pesan-antar makanan dan pembayaran.

“Ketika keduanya menyatakan kepada publik bahwa pesan-antar makanan adalah kunci profitabilitas mereka, kami percaya e-wallet dapat menjadi aspek paling penting dalam mencapai keuntungan,” demikian kata China Renaissance dalam laporannya, dikutip dari Tech In Asia, akhir pekan lalu (31/7).

China Renaissance berinvestasi di startup seperti Helios di Negeri Panda. Perusahaan juga memberikan saran tentang kesepakatan penting, termasuk pembentukan startup tranportasi online Didi Chuxing.

Bank investasi itu menilai, Gojek dan Grab bisa meniru cara Alipay untuk meraup untung. Raksasa teknologi finansial (fintech) ini membukukan laba sebelum pajak US$ 611 juta pada kuartal I 2020.

Alipay bahkan menyumbang 25% dari laba bersih Alibaba pada kuartal pertama. Alibaba memiliki 33% saham Alipay.

“Jika Gojek dan Grab meniru model Alipay, kami pikir keduanya mungkin dapat memanfaatkan basis setoran mereka untuk menawarkan pinjaman dan berpotensi menghasilkan laba," demikian dikutip dari laporan itu.

Namun, hal itu didukung oleh pemerintah. Pemerintah Singapura dan Malaysia memberikan lisensi bank digital, yang layanannya 100% tanpa cabang.

Sedangkan di Indonesia, regulasi terkait bank digital merujuk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 12 Tahun 2018. Tidak ada lisensi khusus untuk bank digital. Selain itu, layanan yang disediakan tidak 100% berbasis online.

Kendati begitu, China Renaissance menilai bahwa Gojek dan Grab memiliki keunggulan tersendiri untuk meraup profit yakni banyaknya layanan. Dengan begitu, layanan pembayaran akan mendukung banyak transaksi dalam satu platform.

"Kami mencatat peluang bagi pemain berbagi tumpangan (ride hailing) memanfaatkan teknologi yang ada untuk menambah pengalaman pelanggan, termasuk menawarkan poin hadiah untuk mendorong loyalitas pengguna," demikian dikutip.

China Renaissance memperkirakan, nilai pasar dari pesan-antar makanan di Asia Tenggara mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 293 triliun pada 2025. Sedangkan berbagi tumpangan US$ 25 miliar atau Rp 366, triliun.

Kepala Ekuitas untuk ASEAN di China Renaissance Wee Leong Gan percaya, bahwa layanan berbagi tumpangan tetap menjadi pilar inti untuk Gojek dan Grab. Layanan ini merupakan infrastruktur dasar untuk bisnis lainnya di platform.

”Permintaan pesan-antar makanan yang luar biasa selama pandemi Covid-19 harus dipenuhi oleh mitra pengemudi. Sebaliknya, akan membutuhkan waktu (bagi pemain lain) untuk membangun," kata Gan kepada Tech in Asia.

Ia mencatat, layanan pesan-antar makanan melonjak lima kali lipat selama pandemi corona. Permintaan produk di restoran pun mencapai 65-75% dari kondisi sebelum pandemi.