Startup layanan on-demand Grab Holdings Inc memperluas cakupan bisnis ke sektor keuangan melalui unit bisnisnya Grab Financial. Tercatat ada tiga layanan keuangan yang diluncurkan, yakni pinjaman, investasi mikro dan PayLater untuk pembayaran di e-commerce.
Managing Director Grab Financial Reuben Lai mengatakan layanan keuangan ditawarkan karena peusahaan melihat permintaan yang tinggi di Asia Tenggara terkait produk atau fitur keuangan.
"Penelitian telah menunjukkan bahwa ada permintaan nyata untuk produk keuangan yang kami luncurkan," kata Reuben, dilansir dari TechCrunch, Selasa (4/8).
Untuk pinjaman, Grab menawarkan produk yang disediakan oleh bank-bank yang menjadi mitra dalam platformnya. Fitur pinjaman ini akan tersedia di Singapoura akhir tahun. Grab mengklaim pencairan dana nantinya bisa dilakukan dalam temop dua hingga empat hari setelah permohonan pinjaman disetujui.
Head of Financial Services Grab Ankur Mehrotra menjelaskan perusahaan bakal fokus memberikan pinjaman produktif bagi pelaku usaha yang terintegrasi dengan platformnya, yang belum sepenuhnya terjangkau langsung oleh layanan perbankan. Ankur mencatat setidaknya ada 300 juta orang yang tidak memiliki riwayat kredit di Asia Tenggara.
Oleh karena itu, Gran membuat layanan pinjaman dengan bunga rendah berkisar antara 0,8% hingga 1,5% tergantung dari profil risiko pemohon pinjaman. Menurut Ankur, besaran bunga ini lebih rendah dibandingkan bunga yang ditawarkan perbankan.
Sementara layanan investasi yang bernama AutoInvest dirancang untuk memudahkan pengguna berinvestasi di semua ekosistem Grab. Melalui AutoInvest pengguna dapat berinvestasi dari jumlah terkecil, yakni 1 dolar Singapura per transaksi dengan tingkat pengembalian sekitar 1,8% per tahun yang akan langsung ditransfer ke dompet elektronik GrabPay yang sudah dimiliki pengguna.
Untuk layanan investasi ini Grab berkerja sama dengan Fullerton Fund Management dan UOB Asset Management. AutoInvest rencananya mulai dirilis pada September 2020 dan langsung dapat digunakan oleh pengguna.
Sementara untuk layanan PayLater, Grab berencana menggaet mitra e-commerce online untuk menawarkannya. Melalui layanan ini pengguna Grab dapat berbelanja dengan membayar setelah barang atau jasa digunakan.
Layanan PayLater boleh dibilang menjadi tren yang diminati milenial. Di Indonesia fasilitas serupa tersedia juga pada perusahaan aplikasi besar seperti Gojek, OVO, Tokopedia dan Traveloka.
Sebagai informasi, pada Juli 2020 Grab dikabarkan dalam pembicaraan dengan bank untuk mengumpulkan dana hingga US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,4 triliun. Sebelumnya unit Grab Financial juga dikabarkan tengah mencari investasi US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,55 triliun sejak awal tahun ini.
Dana segar tersebut akan digunakan untuk memperkuat merek, sehingga Grab Financial ini bisa beroperasi secara mandiri.
Grab sendiri sudah mendapatkan pendanaan sebesar US$ 850 juta atau sekitar Rp 11,84 triliun awal tahun ini dari investor asal Jepang, yaitu Mitsubishi UFJ Financial Group Inc dan TIS Inc. Tambahan modal tersebut ini digunakan untuk menyediakan layanan keuangan yang dapat diakses konsumen di Asia Tenggara.
Bank terbesar di Jepang, MUFG menginvestasikan US$ 706 juta atau sekitar Rp 9,84 triliun, sementara TIS menanamkan modal US$ 150 juta atau Rp 1,46 triliun.
Di bawah kemitraan dengan MUFG, Grab mengembangkan produk dan layanan keuangan berdasarkan insight dari data pelanggan yang dianalisis. Lalu Grab dan TIS akan meningkatkan infrastruktur pembayaran digital di Asia Tenggara dan Jepang.