Perusahaan layanan on-demand Gojek mencatat, terjadi lonjakan pengguna layanan berbagi tumpangan atau ride hailing di GoRide maupun GoCar dari atau menuju Moda Raya Terpadu atau MRT Jakarta sebanyak tujuh kali lipat sejak pertama kali diluncurkan pada 2019.
Sementara itu, jumlah perjalanan dengan Gojek menuju dan dari layanan transportasi masal secara umum meningkat 46% setiap tahunnya. Selain MRT, sebelas lokasi stasiun Kereta Rel Listrik Commuter Line dan Kereta Jarak Jauh juga menjadi titik berangkat dan tujuan yang paling sering dipesan pengguna layanan GoRide di Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi.
"GoRide dan GoCar telah menjadi bagian penting yang melengkapi transportasi publik guna memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat di wilayah urban seperti Jabodetabek," ujar Head of Transport Gojek Group Raditya Wibowo dalam siaran pers pada Rabu (5/8).
Layanan penumpang Gojek sudah menjadi sarana penghubung awal atau first mile dan akhir perjalanan atau last mile bagi pengguna transportasi publik di Jabodetabek. Data internal Gojek mencatat, satu dari dua pelanggan Gojek setidaknya pernah menggunakan layanan ride hailing Gojek dari atau menuju transportasi masal.
Penumpang menganggap bahwa integrasi antar moda transportasi daring dengan Gojek dan transportasi masal itu bisa menghemat waktu perjalanan hingga 40%. Fitur dan layanan GoRide juga dianggap mampu memangkas waktu tunggu pengguna hingga 40% di berbagai titik hubung transportasi publik seperti Stasiun MRT, KRL, dan Bus Transjakarta.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Harya S. Dillon mengungkapkan bahwa antara transportasi masal dan transportasi daring kini sudah bukan lagi kompetitor. "Data menunjukkan tidak ada kompetisi. Justru komplementer antar kendaraan ojek online dengan kendaraan umum," ujarnya dalam siaran pers pada Rabu (5/8).
Menurutnya, 45% pengguna transportasi masal di Jabodetabek kini telah memfungsikan layanan transportasi daring seperti ojek online dan taksi online sebagai solusi penghubung awal dan akhir perjalanan.
Ia mengatakan, yang harus dikembangkan saat ini yakni kualitas integrasi antara transportasi masal dan transportasi daring. Kunci keberhasilan integrasi antar-moda transportasi ini antara lain responsif, layanan yang beroritentasi pada konsumen, terencana dan terlembagakan.
Hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia sebelumnya menunjukkan, kontribusi ekonomi digital Gojek ke perekonomian senilai Rp 152 triliun atau sekitar 1% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2019. Asumsi PDB ini menggunakan harga berlaku tahun 2019.