Perusahaan penyedia layanan on-demand, Gojek berkolaborasi dengan startup Jejak.in meluncurkan GoGreener Carbon Offset. Melalui fitur ini, pengguna bisa menghitung jumlah emisi karbon sehari-hari dan mengonversinya dengan menanam pohon.
Fitur itu hadir dalam bentuk kartu acak atau shuffle card digital di halaman depan aplikasi Gojek mulai hari ini (14/9). Pengguna bisa memasukkan data, seperti rata-rata jarak penggunaan kendaraan setiap harinya.
Nantinya akan dihitung jumlah karbon yang dihasilkan oleh pengguna, dan berapa pohon yang harus ditanam untuk mengimbanginya. Head of Third-Party Platform Gojek Sony Radhityo mengatakan, penghitungan jumlah karbon menggunakan scientific carbon calculator.
“Kami pastikan metodologi penghitungannya sudah terbukti. Ini pasti sesuai dengan (metode penghitungan standar) pemerintah dan internasional,” kata Sony saat konferensi pers virtual, Senin (14/9).
Pengguna juga dapat membeli pohon langsung melalui aplikasi. Gojek dan mitra di lokasi konservasi akan menanam pohon tersebut. Harganya disesuaikan dengan lokasi penanaman, karena mencakup jasa operasional teknologi dan petani yang berbeda-beda di tiap daerah.
Saat ini, Gojek baru melayani penanaman pohon di Kawasan Ekowisata Mangrove Pantai Indah Kapuk Jakarta, Konservasi Mangrove Pesisir Bedono, Demak, Jawa Tengah, dan Konservasi Laskar Taman Nasional Mangrove Park Bontang, Kalimantan Timur.
Sedangkan pengguna tetap bisa memantau pohon yang mereka tanam. "Pengguna akan mendapatkan laporan penanaman, diameter pohon, warna daun, dan lainnya," kata Sony.
Decacorn Tanah Air itu pun berkolaborasi dengan Jejak.in untuk memantau pohon yang ditanam, menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial Intelligence/AI) dan Internet of Thing (IoT). Jejak.in merupakan salah satu startup yang mengikuti program akselerasi Gojek Xcelerate.
Selama enam bulan pertama, perusahaan akan menggandakan setiap pohon yang dibeli oleh pengguna. Selanjutnya Gojek bakal memperluas wilayah penanaman.
Co-founder sekaligus Co-CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, fitur itu bertujuan mengurangi emisi karbon. "Emisi dari konsumsi listrik dan kendaraan bermotor bisa dihitung per individu, dan itu harus diganti dengan menanam pohon," ujarnya.
Apalagi pemerintah menargetkan emisi gas karbon berkurang 29% pada 2030. Ini sesuai dengan Ratifikasi Paris Agreement pada saat Conference on Parties (COP) 22 di Morocco pada November 2016 lalu.
Dalam acara itu, Indonesia berkomitmen mengurasi emisi karbon secara bertahap. Pemerintah menargetkan penurunan emisi karbon hingga 26% pada tahun ini.
Founder sekaligus CEO Jejak.in Arfan Arlanda mengatakan, perusahaan menggaet pabrik skala besar dan kecil untuk mengurangi emisi karbon. Jejak.in mengandalkan AI dan IoT untuk memantau emisi.
Salah satu produk yang dibuat yakni Tree and Carbon Storage Monitoring Platform, yang dapat mengumpulkan dan menganalisis data ekologis lingkungan. "Kami berharap masyarakat berpartisipasi aktif ikuti pengurangan jejak karbon," ujar Arfan.