Perusahaan milik negara, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) berinvestasi di Gojek US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun. Keduanya akan berkolaborasi di bidang gaya hidup dan mengembangkan solusi periklanan berbasis digital.
Mereka akan mengembangkan produk baru. Selain itu, mengerjakan program inovatif yang berfokus menghemat biaya seperti promosi bersama dan produk gabungan (bundling).
Keduanya juga bekerja sama di bidang pemberdayaan talenta melalui pertukaran pengalaman dan program pembinaan keahlian profesional. “Kolaborasi ini berawal dari visi yang sama untuk mempertegas posisi pemain lokal sebagai tuan rumah di negeri sendiri,” kata Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro dikutip dari siaran pers, Selasa (17/11).
Ia optimistis, kerja sama tersebut akan mengakselerasi transformasi Telkomsel sebagai digital telco company, serta melanjutkan pembangunan ekosistem digital inklusif dan berkelanjutan. “Kolaborasi akan terus menjadi fondasi kami dalam menghadirkan manfaat teknologi digital,” ujar dia.
Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah menambahkan, kolaborasi tersebut akan memberikan potensi nilai tambah yang besar. Utamanya, untuk meningkatkan keunggulan kompetitif Telkomsel dalam mengembangkan bisnis layanan digital.
Aksi korporasi itu juga merupakan bagian dari tiga pilar Telkomsel yaitu penyedia konektivitas, layanan, serta platform digital. Kerja sama dengan Gojek dinilai akan melengkapi strategi transformasi Telkomsel dalam mengembangkan bisnis layanan digital, memperkuat kapasitas dan kualitas sumber daya manusia.
Sedangkan Co-CEO Gojek Group Andre Soelistyo mengatakan, kerja sama itu menjangkau ratusan juta masyarakat, termasuk konsumen, mitra pengemudi, serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Investasi dari Telkomsel ini menempatkan kami pada posisi keuangan yang lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan ke depan,” kata dia.
Telkom disebut-sebut membidik Gojek sejak akhir 2018. Dana yang disiapkan tidak kurang dari US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,35 triliun.
Tempo sebelumnya melaporkan, Telkomsel akan masuk melalui dua gelombang. Pertama, dalam bentuk surat utang konversi saham US$ 150 juta yang dicairkan bertahap selama setahun setelah transaksi ditutup. Selanjutnya, perusahaan punya opsi menambah US$ 350 juta lagi dengan harga yang sudah dikunci di awal.
Pada 2018, isu Telkom akan menyuntik modal Gojek muncul setelah Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berdiskusi dengan badan usaha milik negara itu untuk membuat aplikasi berbagi tumpangan (ride-hailing). Namun, diskusi itu masih sangat awal.
Sebulan setelahnya, Telkom justru dikabarkan akan berinvestasi di decacorn nasional tersebut. Isu ini muncul di saat Gojek menjajaki pendanaan baru.
Pada Agustus lalu, isu tersebut muncul lagi. Tiga sumber DealStreetAsia menyampaikan, Telkom dalam pembicaraan untuk menyuntikkan modal ke Gojek melalui Telkomsel.
Sedangkan pada Agustus lalu, CEO MDI Ventures Donald Wihardja menyampaikan tak berencana berinvestasi di Gojek. "Kami tidak tertarik di Gojek karena bukan target," ujarnya kepada Katadata.co.id, Agustus lalu (25/8). MDI merupakan perusahaan modal ventura besutan Telkom Group.
Alasannya, valuasi decacorn tersebut sudah terlalu tinggi. "Gojek sudah di luar target modal ventura, harus mencari private equity seperti TPG atau Warburg Pincus," katanya.
Meski demikian, ia tak menampik rencana investasi ke Gojek sempat dibahas oleh induk usaha. Namun, ia tak mengetahui kelanjutan rencana tersebut.