EDISI KHUSUS | Semarak Ramadan 1442 H

Permintaan Naik, Aplikasi Travel Diramal Masif Diunduh saat Ramadan

ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/nz
Sejumlah warga bersantai di kapal wisata di Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (4/4/2021).
7/4/2021, 18.26 WIB

Riset dari perusahaan analisis pemasaran, AppsFlyer menunjukkan bahwa layanan wisata berbasis digital atau Online Travel Agent (OTA) terkena dampak pandemi corona. Namun, startup di sektor ini diramal pulih pada ramadan tahun ini.

AppsFlyer mencatat, jumlah unduh non-organik atau NOI kategori aplikasi travel rerata menurun 60% secara tahunan (year on year/yoy) pada ramadan tahun lalu. Padahal, sebelum pandemi corona, penggunaan layanan ini meningkat menjelang Idul Fitri.

Selain jumlah unduhan yang menurun, penghapusan (uninstall) aplikasi wisata melonjak 60% pada ramadan tahun lalu. Ini artinya, banyak pengguna yang memilih untuk menghapus platform pariwisata dari ponselnya.

"Tahun lalu merupakan masa kelam bagi aplikasi travel. Pendapatan dan jumlah pengguna aktif anjlok," kata Senior Success Customer Manager AppsFlyer SEA Luthfi Anshari saat konferensi pers virtual, Rabu (7/4).

Ia mengatakan, itu terjadi karena pembatasan mobilitas masyarakat guna menghindari penularan virus corona.

AppsFlyer memperkirakan startup pariwisata bangkit pada ramadan tahun ini. “Kemungkinan rebound. Dia akan balik ke titik tertinggi terkait NOI," kata Lutfhi.

Alasannya, minat masyarakat untuk bepergian meningkat. "Orang sudah mau bepergian meski harus tes risiko Covid-19,” kata dia.

President dan Managing Director AppsFlyer APAC Ronen Mense menambahkan, vaksinasi berdampak positif bagi pertumbuhan aplikasi travel. "Kami memperkirakan, industri ini kembali bangkit pada 2021,” ujar dia.

Selama tahun lalu, startup wisata Tanah Air seperti Traveloka dan Tiket.com menyatakan terkena dampak pandemi corona. Tiket.com misalnya, mencatatkan penurunan penjualan produk perjalanan internasional 52% selama Januari dan Februari 2020.

Sedangkan Traveloka tidak menyebutkan penurunan transaksi akibat pandemi. Tapi, manajemen mengungkapkan, permintaan bantuan terkait uang kembali (refund) dan mengubah jadwal (reschedule) tiket pesawat dan hotel naik 10 kali lipat pada awal pandemi.

Namun transaksi mulai membaik pada akhir tahun lalu. Sebelumnya, President Traveloka Caesar Indra mengatakan bahwa bisnis di Thailand hampir ke level sebelum ada pandemi corona

Di Vietnam, bisnis Traveloka sudah stabil karena kasus harian positif virus corona sedikit. Oleh karena itu, startup ini menggencarkan transaksi di kedua negara tersebut.

"Rencana kami berinvestasi di fintech secara besar-besaran untuk memungkinkan lebih banyak konsumen melakukan perjalanan di kawasan ini (Thailand dan Vietnam)," kata Indra dikutip dari Reuters, Februari lalu (25/2).

Head of Corporate Communications Traveloka Reza Amirul Juniarshah juga mengatakan, jumlah pengguna harian tetap meningkat 100% selama tahun lalu. "Kami juga dapat pendanaan. Ini mencerminkan investor yang terus percaya,” kata dia saat konferensi pers virtual, Januari lalu (26/1).

Sedangkan Tiket.com mencatatkan peningkatan transaksi pemesanan hotel saat Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. "Transaksi harian pemesanan hotel naik 118% dibandingkan seminggu sebelum periode OTW LOKAL," kata Public Relations Manager Tiket.com Sandra Darmo Sumarto kepada Katadata.co.id, Januari lalu (6/1).

Sandra menilai, peningkatan pemesanan hotel menunjukkan bahwa masyarakat ingin berlibur di tengah pandemi corona. Untuk mengantisipasi risiko tertular virus corona, konsumen pun memilih destinasi wisata yang dekat dengan rumah.

"Bekerja di rumah atau WFH membuat masyarakat jenuh dan ingin mengganti suasana kerja. Banyak juga konsumen yang bekerja di hotel," kata Sandra.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan