Pendiri sekaligus CEO ByteDance Zhang Yiming mengundurkan diri dari jabatannya tahun ini. Mundurnya Yiming terjadi di tengah tekanan yang dihadapi perusahaan pengembang TikTok itu dari Amerika Serikat (AS) dan ancaman tekanan dari Beijing.
Setelah mundur, Yiming tetap masih bekerja untuk ByteDance, tapi tidak lagi memegang kendali manajemen. Yiming akan beralih peran untuk mengelola bisnis secara lebih strategis.
"Saya lebih tertarik menganalisa prinsip organisasi dan pasar, serta memanfaatkan teori dari pada benar-benar mengelola orang," kata Yiming dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (20/5).
Posisi Yiming sebagai CEO akan diganti oleh Kepala Sumber Daya Manusia ByteDance Liang Rubo. Selama enam bulan ke depan, Yiming dan Liang akan berdampingan memimpin perusahaan untuk memastikan masa transisi berjalan lancar.
Yiming mendirikan ByteDance pada 2012. Kesuksesan besar Yiming pertama kali terjadi saat membuat platform Toutiao, yang berarti berita utama dalam bahasa Tiongkok. Kesuksesan Yiming semakin melejit saat aplikasi besutan perusahaannya TikTok mulai banyak dikenal publik.
Berdasarkan data Statista, per Februari lalu, jumlah pengguna aktif harian TikTok secara global mencapai 35,28 juta, baik di iOS maupun Android. Sedangkan, ByteDance dilaporkan mempunyai valuasi sebesar US$ 250 miliar pada Maret.
Berkat kecemerlangan TikTok, Yiming bisa mengumpulkan kekayaan pribadi sebesar US$ 36 miliar dan menjadikannya orang terkaya kelima di Tiongkok, menurut Forbes.
Sedangkan Liang pengganti Yiming juga merupakan pendiri ByteDance. Liang dan Yiming pernah sama-sama mendirikan platform pencarian real estate 99fang.com pada 2009 sebelum bekerja sama membuat ByteDance tiga tahun kemudian.
Analis DZT Research Ke Yan mengatakan mundurnya Yiming tidak akan terlalu berpengaruh bagi bisnis ByteDance. Sebab, menurutnya ByteDance sudah cukup dewasa saat ini.
Bahkan, setelah mundur, Yiming bisa jadi lebih leluasa dalam mengambil keputusan. "Menentukan apa yang menurutnya penting, sebagai lawan menjadi CEO yang perlu menangani hal-hal kecil," kata Yan.
Yiming mundur dari ByteDance setelah sembilan bulan penuh menghadapi tekanan dari AS. Aplikasi TikTok dianggap mengancam keamanan nasional AS.
Pada Agustus 2020 mantan Presiden AS Donald Trump menandatangani dua perintah eksekutif, salah satunya melarang perusahaan AS berbisnis dengan ByteDance. Trump juga mengancam akan memblokir TikTok di AS jika Bytedance tidak melepaskan kendali operasinya di sana.
Trump kemudian memberikan waktu kepada ByteDance, untuk menjual operasional TikTok di AS maksimal 45 hari terhitung sejak penandatanganan perintah eksekutif itu.
Atas desakan itu, ByteDance pun sempat berencana membentuk TikTok Global untuk operasional di AS. Perusahaan asal AS, Oracle akan mempunyai 12,5% dan Walmart 7,5% saham.
Namun, hingga batas waktu yang sudah ditentukan, bahkan hingga saat ini, pembentukan anak usaha ByteDance di AS itu belum juga dilakukan. Pengadilan AS memutuskan menunda sementara kebijakan Trump, sehingga aplikasi TikTok masih dapat diunduh dan diperbarui di App Store maupun Google Play Store.
Selain tekanan dari AS, kini ByteDance juga menghadapi tekanan dari negaranya sendiri. Pemerintah Tiongkok gencar menekan bisnis raksasa teknologi seperti Alibaba, Tencent, dan ByteDance setelah membuat aturan antimonopoli baru pada November 2020. Tekanan pemerintah ditujukan untuk mengikis praktik monopoli perusahaan teknologi.
Pemerintah Tiongkok juga menerbitkan serangkaian aturan baru penggunaan data pribadi oleh aplikasi seperti TikTok. Melalui aturan baru itu, Beijing meminta agar aplikasi membentuk badan independen serta membatasi jumlah data pribadi untuk verifikasi aplikasi.