Startup penyedia layanan perjalanan berbasis digital (Online Travel Agent/OTA) Tiket.com berencana untuk mencatatkan penawaran saham perdana ke publik (IPO). Bisnis yang berkembang selama pandemi Covid-19 membuat perusahaan percaya diri mampu meraup dana dari pasar modal.
"Kami telah berkembang meski pandemi, kami pun dapat melakukannya (IPO)," kata CEO at Tiket.com George Hendrata dalam acara Wild Digital Indonesia pada Kamis (9/9).
Sebelumnya, sumber Bloomberg yang mengetahui kabar IPO menyampaikan bahwa Tiket.com sedang dalam pembicaraan untuk merger perusahaan akuisisi bertujuan khusus alias SPAC COVA Acquisition Corp. Entitas gabungan keduanya berpotensi menghasilkan valuasi US$ 2 miliar.
SPAC disebut juga perusahaan cek kosong, karena tidak memiliki operasi apa pun. Perusahaan jenis ini merupakan sarana investasi yang dibuat khusus untuk mengumpulkan dana para orang kaya.
Sumber mengatakan, untuk merger, Tiket.com mendapatkan bantuan dari perusahaan investasi global Goldman Sachs Group yang bertindak sebagai penasihat.
George mengatakan perusahaan kini sedang menyiapkan sejumlah strategi meningkatkan kualitas pelayanan untuk memacu transaksi di tengah pandemi Covid-19. Perusahaan meluncurkan beberapa inovasi layanan hiburan.
Salah satunya, layanan To Do yang mencakup kegiatan yang bisa dilakukan secara virtual seperti kelas online, webinar, gala premier film, podcast hingga tiket siaran langsung (live streaming) acara selebritas.
George menyebut layanan tersebut mendongkrak transaksi."Permintaan layanan hiburan virtual ini benar-benar dapat meningkatkan pendapatan juga meningkatkan keterlibatan (engagement)," kata dia.
Selain itu, perusahaan juga meluncurkan layanan kesehatan melalui fitur reservasi tes Covid-19 dan vaksinasi virus corona. "Untuk pemulihan pandemi, kami ikut memberikan layanan vaksinasi di Indonesia," katanya.
Selain inovasi layanan, perusahaan juga mengandalkan wisata jarak dekat atau staycation. Berdasarkan data, permintaan akomodasi Tiket.com pada kuartal dua tahun ini meningkat 600% secara tahunan (year on year/yoy). Faktor pendorongnya adalah tren staycation.
Selama pandemi masyarakat mengganti suasana berwisata jarak jauh dengan liburan di dekat rumah, ataupun bekerja dari hotel. Tiket.com pun menawarkan program LongStay, yakni penawaran khusus untuk menginap dengan durasi lama.
Selain itu, Tiket.com juga membuat fitur tiket Flexi untuk
memberikan kebebasan konsumen memesan akomodasi dan mengubah tanggal menginap.
Melalui strategi tersebut, Tiket.com pun mencatatkan pertumbuhan bisnis. "Kami telah melihat pertumbuhan dari pekan ke pekan," kata George.
Berdasarkan data perusahaan, transaksi tiket pesawat di Tiket.com meningkat 400%. Transaksi akomodasi juga terdongkrak 600%. Kemudian, transaksi layanan hiburan atau entertainment menanjak 1.100%.
Lalu, angka unduh Tiket.com pun meningkat 2,5 kali lipat jika dibandingkan dengan kuartal kedua tahun lalu.