Mantan Pejabat Cina Semprot Investor yang Dorong Startup ‘Bakar Uang’

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas.
Sejumlah calon pembeli memilih pakaiaan baru saat berburu diskon di salah satu pusat perbelanjaan di Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Jumat (30/4/2021).
Penulis: Desy Setyowati
15/9/2021, 13.28 WIB

Mantan gubernur bank sentral Cina Zhou Xiaochuan menyinggung investor dari kalangan modal ventura yang mendorong startup bakar uang. Biasanya, ini dilakukan oleh perusahaan rintisan yang melakukan strategi Winner Takes It All atau pemenang mengambil semuanya.

“Berbagai jenis modal ventura, termasuk investor individu (angel investor), membantu dalam membangun dan menumbuhkan bentuk bisnis baru” kata Zhou dalam seminar ekonomi digital yang digelar oleh Boao Forum for Asia Academy di Beijing, dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Selasa (14/9).

“Namun, pada saat yang sama, mereka mungkin juga memupuk perilaku anti-persaingan,” ujar dia. Caranya, dengan ‘bakar uang’.

Ia mengatakan, Winner Takes It All  merupakan bagian dari praktik monopoli. Strategi ini kebanyakan mengukur keberhasilan berdasarkan pangsa pasar.

“Sementara hanya bidang tertentu dalam ekonomi digital seperti jejaring sosial dan mesin pencari (browser) yang benar-benar Winner Takes It All,” kata Zhou. “Bank investasi, modal ventura, dan perusahaan ekuitas swasta biasanya percaya bahwa hanya perusahaan yang dapat mencapai Winner Takes It All layak untuk diinvestasikan.”

Salah satu cara utama yang coba dilakukan oleh startup untuk mencapai Winner Takes It All yakni dengan ‘bakar uang’. “Menawarkan diskon layanan kepada pengguna,” katanya.

Zhou mengatakan, penggunaan subsidi harga atau diskon besar-besaran dan ‘modal terdistorsi’ oleh startup menyebabkan pemborosan sosial secara masif.

Ia pun mengecam modal ventura karena mendorong startup menerapkan strategi Winner Takes It All dalam ekonomi digital. “’Bakar uang’ menyebabkan perilaku anti-persaingan,” ujar dia.

Menurut dia, Cina harus merefleksikan model pertumbuhan ekonomi digital. Apalagi regulator Tiongkok kini meningkatkan pengawasan terhadap raksasa teknologi terkait monopoli.

Zhou menyerukan perusahaan untuk menegakkan ‘garis bawah moral’. “Bank investasi dan modal ventura tidak boleh membabi buta dalam memperluas atau mendorong merger yang tidak tepat. Tetapi harus melakukan yang terbaik dalam hal yang benar,” katanya.

Pada awal 2020, investor Gojek, Northstar Group juga menilai bahwa ‘bakar uang’ merupakan strategi bisnis yang tidak sehat. Alasannya, perang harga hanya menghasilkan artificial demand atau permintaan yang semu.

“Itu adalah perang yang tidak sehat,” kata Co-Founder sekaligus Managing Partner Northstar Group Patrick Walujo dalam acara Indonesia Data and Economy Conference atau IDE Katadata 2020 di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta pada Januari 2020 (30/1/2020).

Patrick mengatakan, istilah Winner Takes It All tidak harus disematkan kepada pemain yang gemar ‘bakar uang’. Menurut dia, istilah itu lebih tepat untuk perusahaan rintisan yang berfokus pada inovasi dan pengembangan teknologi yang berfokus menyelesaikan persoalan masyarakat (social machine).

(BACA JUGA: Pandemi Corona Pukul Ekonomi RI, Startup Masih Minat Bakar Uang?)

Ia tidak sepakat jika suatu perusahaan, termasuk asing, merasa bisa membeli pasar Indonesia dengan menerapkan harga yang murah. Hal itu sama saja dengan dumping.

Namun, dia tidak heran strategi ‘bakar uang’ masih dilakukan beberapa perusahaan di Tanah Air. Sebab, peraturan terkait ekonomi digital yang relatif baru belum terlalu jelas diatur.