Tren Kasus Covid-19 dan IPO Unicorn Akan Dongkrak Investasi ke Startup
Investor dari kalangan modal ventura memperkirakan, pendanaan kepada startup Indonesia meningkat pada semester II. Ini terdorong dua faktor yakni penurunan jumlah kasus harian positif virus corona dan pencatatan saham perdana alias IPO unicorn.
Unicorn merupakan sebutan untuk startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar. Sedangkan decacorn di atas US$ 10 miliar.
Salah satu unicorn yakni Bukalapak sudah IPO bulan lalu. Startup jumbo lain yang berencana melantai di bursa saham yakni GoTo atau gabungan Gojek dan Tokopedia, Traveloka hingga Kredivo.
Traveloka mengkaji merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus alias SPAC untuk IPO. Begitu juga Tiket.com juga dikabarkan mengkaji IPO lewat SPCA COVA Acquisition Corp.
GoTo berencana melantai di bursa saham Indonesia atau BEI dan Amerika Serikat (AS). Begitu juga dengan Traveloka dan Kredivo.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan mengatakan, rencana beberapa IPO unicorn itu memberi harapan bagi investor terkait keberlanjutan bisnis startup. "Pergerakan IPO unicorn menjadi sentimen positif," katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (24/9).
Selain IPO unicorn, pendanaan ke startup diprediksi melonjak pada semester II terdongkrak oleh penurunan jumlah kasus harian Covid-19 di Indonesia.
Menurut Edward, penurunan kasus Covid-19 akan membuat kinerja startup di bidang travel, hospitality, dan retail offline yang terkena dampak pandemi corona, menjadi lebih baik. Ini walaupun belum bisa menyamai kondisi normal.
Perbaikan kinerja itu akan mendorong minat investasi terhadap startup. Selain itu, ada sejumlah startup yang masih potensial meskipun kasus Covid-19 mereda.
"Startup potential akan berlanjut terus, seperti di sektor pendidikan, kesehatan, teknologi finansial (fintech) dan e-commerce," kata Edward.
CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, penurunan kasus Covid-19 di Indonesia akan berdampak positif terhadap pendanaan startup. "Akan menaikkan minat, terutama investor dari luar negeri yang selama ini terkendala due diligence langsung," kata Eddi.
Menurut Eddi, faktor pendorong minat investasi terhadap startup yakni kondisi perbaikan ekonomi di Indonesia. Pemerintah sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III mencapai kisaran 4% - 5%.
Sebelumnya, DealStreetAsia melaporkan bahwa startup di Asia Tenggara meraih pendanaan US$ 6 miliar atau sekitar Rp 87,7 triliun pada kuartal pertama. Pencapaian ini disebut menyentuh rekor.
Total pendanaan tersebut melonjak 43% yoy dan 48% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq). Hampir 70% dana terkumpul dari modal yang dijaminkan pada 2020.
Investasi itu diperoleh dari setidaknya 211 kesepakatan. Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan, faktor pendorong lonjakan pendanaan ke startup regional pada kuartal pertama yakni pemulihan ekonomi.
Selain itu, digitalisasi aktivitas bisnis menjadi lebih cepat dan luas selama pandemi corona. Kepercayaan investor juga semakin meningkat seiring menurunnya kasus virus corona dan vaksinasi Covid-19.
"Sekarang, setelah startup selamat dari krisis terburuk dan bahkan kembali lebih kuat, kami dapat mulai mencari perusahaan rintisan baru untuk investasi, "kata Willson dikutip dari DealStreetAsia, pada April (15/4).
Sedangkan Managing Partner Jungle Ventures David Gowdey mengatakan, startup yang mengumpulkan dana dari investor sejak 2020 akan muncul untuk putaran ekuitas tahun ini. Mereka pun bakal melanjutkan pertumbuhan.
"Saya pikir kami akan terus melihat daftar startup yang tumbuh dan lebih besar di Asia Tenggara," kata David.
Berdasarkan data Cento Ventures, pendanaan ke startup Asia Tenggara turun 3,5% yoy menjadi US$ 8,2 miliar tahun lalu. “Penurunan ini lebih kecil dibandingkan India 31% dan Afrika 38%,” demikian isi laporan bertajuk ‘SE Asia Tech Investment FY 2020’ pada akhir Maret (26/3).
Pada semester I 2020, pendanaan ke startup Asia Tenggara US$ 5,9 miliar. Sedangkan di semester II US$ 2,3 miliar.
Sedangkan jumlah kesepakatan investasi sepanjang tahun lalu 645, turun dibandingkan 2019 yang mencapai 704.
Berdasarkan nilainya, Indonesia berkontribusi 70% terhadap total pendanaan pada 2020. Lalu Singapura (14%), Malaysia (5%), Thailand (5%), Vietnam (4%), dan Filipina (2%).
Sedangkan dari sisi jumlah kesepakatan investasi, Singapura memimpin dengan porsi 37%. Lalu Indonesia (27%), Vietnam (14%), Malaysia (12%), Thailand (6%), dan Filipina (5%).
Besarnya nilai investasi yang diperoleh perusahaan rintisan Indonesia ditopang oleh startup jumbo. “Hampir setengah dari dana yang terkumpul masuk ke unicorn termasuk Grab Holdings, Gojek, Bukalapak, dan Traveloka,” demikian dikutip.
Cento Ventures mencatat, pendanaan lebih dari US$ 100 juta menyumbang 57% dari total investasi.