Kasus positif virus corona di Indonesia cenderung menurun belakangan ini. Traveloka pun berfokus memulihkan bisnis yang terkena dampak pandemi Covid-19 dan menargetkan pencatatan saham perdana atau IPO tahun depan atau ketika memasuki usia ke-10.
Presiden Traveloka Caesar Indra mengatakan, kinerja bisnis sangat terkena dampak saat awal pandemi corona. Saat itu, tingkat hunian hotel menurun ke level terendah.
Mitra aktivitas lifestyle di domestik dan regional, serta restoran bahkan harus menutup operasional bisnis untuk sementara waktu.
Pada pertengahan tahun lalu, kinerja bisnis Traveloka mulai membaik. Pemulihan berjalan kuat di Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Namun, pandemi Covid-19 sulit diprediksi dan jumlah kasus positif terus melonjak karena ada varian baru. Traveloka pun memutuskan untuk terus berfokus pada pemulihan bisnis.
"Kami berfokus untuk pulih dan pertumbuhan," kata Caesar dalam acara Tech in Asia Conference 2021, Selasa (12/10).
Untuk mempercepat pemulihan bisnis, Traveloka menyiapkan empat cara, di antaranya:
1. Mendukung program vaksinasi pemerintah
"Kami membuat pusat vaksinasi seperti di Bandung, Yogyakarta, Jakarta dan lainnya," kata Caesar.
2. Mengandalkan lini bisnis potensial seperti, bisnis pengantaran makanan atau food delivery melalui Traveloka Eats.
3. Masuk ke bisnis layanan keuangan atau fintech
Traveloka berfokus pada tiga layanan yakni pinjaman, asuransi, dan pembayaran. "Layanan keuangan adalah layanan yang ampuh di pasar Asia Tenggara yang sangat menantang," kata Caesar.
Di pasar Indonesia, Traveloka menyediakan layanan bayar kemudian atau paylater. Produk ini lebih dulu tersedia di Indonesia, dan sudah memfasilitasi lebih dari 6 juta pinjaman. Traveloka juga menawarkan layanan asuransi dan manajemen kekayaan di Nusantara.
4. Memanfaatkan tren staycation atau berwisata di dekat rumah.
Dengan berfokus pada strategi tersebut untuk pemulihan bisnis, Traveloka tetap menargetkan IPO tahun depan. "Kami akan merayakan ulang tahun ke-10. Kami berharap itu menjadi tahun kami untuk berevolusi," kata Caesar.
Sebelumnya, perusahaan yang berdiri pada 2012 ini dikabarkan menghentikan pembicaraan IPO lewat perusahaan ‘cek kosong’ alias SPAC Bridgetown Holdings Ltd. Kabar tersebut pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg.
“Dewan direksi Traveloka memutuskan untuk tidak melanjutkan IPO melalui SPAC,” kata beberapa sumber yang mengetahui masalah itu dikutip dari Bloomberg, pada September (6/9).
“Itu karena antusiasme di pasar SPAC telah berkurang,” ujar mereka yang enggan disebutkan namanya karena persoalan diskusi itu bersifat pribadi. “Traveloka kemungkinan akan mengeksplorasi IPO melalui penawaran umum perdana tradisional di Amerika Serikat (AS) sebagai gantinya.”
Namun salah satu sumber Bloomberg menyampaikan, Traveloka dapat meninjau kembali pembicaraan dengan Bridgetown maupun perusahaan ‘cek kosong’ lain. “Jika pasar pulih,” kata dia. “Kedua belah pihak akan terus memantau situasi dalam beberapa minggu mendatang.”
Traveloka melakukan pembicaraan dengan Bridgetown sejak sekitar April. Bloomberg melaporkan, kesepakatan merger di antara keduanya bisa menghasilkan valuasi sekitar US$ 5 miliar jika terwujud.
Bridgetown didukung oleh miliarder Richard Li dan Peter Thiel. Perusahaan akuisisi bertujuan khusus ini sebelumnya juga dikabarkan berdiskusi dengan Tokopedia untuk merger.
Namun, Tokopedia justru bergabung dengan Gojek dan membentuk entitas baru bernama GoTo
SPAC populer di bursa saham AS sejak tahun lalu. Bloomberg mencatat, IPO melalui perusahaan ‘cek kosong’ berhasil mengumpulkan sekitar US$ 131 miliar sejak awal tahun.
Namun Komisi Sekuritas dan Bursa AS meningkatkan pengawasan tahun ini setelah lonjakan penggalangan dana. Ketua komisi Gary Gensler menyerukan transparansi yang lebih ketat terkait struktur keuangan perusahaan yang akan IPO atau merger dengan SPAC.