Investor modal ventura menyebut bahwa konglomerat akan masif berinvestasi di perusahaan rintisan atau startup tahun depan. Sektor yang diincar yakni digitalisasi warung serta teknologi finansial (fintech).
CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, konglomerat seperti Sinarmas, Grup Djarum, Grup Lippo hingga PT Elang Mahkota Teknologi Tbk atau Emtek akan masif berinvestasi pada startup, terutama yang berhubungan dengan bisnis utamanya. Hal itu guna mendorong digitalisasi di layanan utama mereka.
"Konglomerat akan tetap mencari investasi karena memang semua lini bisnis bisa diperbaiki dengan digitalisasi," kata Eddi kepada Katadata.co.id, Selasa (9/11).
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, konglomerat menyasar startup karena melihat tren global. Di Cina dan Amerika Serikat (AS), kapitalisasi pasar tidak lagi didominasi oleh sektor energi, tapi sektor teknologi.
Alhasil, menurut dia, perusahaan menganggap digitalisasi bisnis mereka menjadi satu keharusan. "Mereka akan semakin melengkapi portofolio investasinya di startup bahkan bisa mendisrupsi bisnis konvensional utamanya," kata Edward kepada Katadata.co.id, kemarin (8/11).
Menurut Edward, ada sejumlah sektor yang akan menjadi sasaran para investor dari kalangan konglomerat itu tahun depan. Pertama, sektor digitalisasi warung. Tidak hanya menjadi sasaran konglomerat di Tanah Air, sektor ini juga bahkan menjadi sasaran orang terkaya di dunia, Jeff Bezos.
Sektor ini menjadi incaran karena potensinya besar. Berdasarkan riset Euromonitor International, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina berbelanja di toko kelontong. Transaksinya mencapai US$ 479,3 miliar atau 92% dari total nilai pasar retail US$ 521 miliar pada tahun lalu, sebagaimana Databoks di bawah ini:
Sebelum ada pandemi corona, riset CLSA menunjukkan bahwa startup termasuk para unicorn bakal bertarung menggaet warung konvensional. Apalagi, pandemi mempercepat proses transformasi pola belanja masyarakat dari online ke offline (O2O).
Kedua, sektor fintech. "Ini akan menjadi motor bagi konglomerat dalam meningkatkan frekuensi dan skalabilitas volume transaksinya," kata Edward.
Sektor fintech juga menjadi primadona investasi startup tahun ini. Laporan Scale PR menyebutkan, jumlah fintech Indonesia yang meraih pendanaan per kuartal II tumbuh 40,5% dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy) dari 74 menjadi 104.
Ketiga, bank digita. Pada tahun ini, sejumlah konglomerat di Indonesia seperti Salim Group, Emtek hingga Lippo Group memang sudah merambah bank digital lewat startup. Salim Group misalnya, masuk ke sektor bank digital lewat startup besutannya Youtap Indonesia. Startup digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini menggaet Bank Mandiri untuk menyediakan layanan finansial dan bank digital. Keduanya menghadirkan pembayaran non-tunai lewat aplikasi digital banking Livin’ by Mandiri di seluruh gerai McDonald’s.
Kemudian Emtek merambah bank digital melalui Grab. Decacorn asal Singapura ini dikabarkan bersiap masuk ke bisnis digital di Tanah Air lewat Bank Capital.
Sedangkan Lippo Group masuk ke sektor bank digital lewat OVO. Konglomerat ini merupakan salah satu pemilik saham di fintech bernuansa ungu itu. OVO dikabarkan mengkaji investasi atau akuisisi bank digital. Selain itu, fintech ini masuk ekosistem Grab.