Unicorn baru Indonesia, Xendit dan Ajaib bersiap mencatatkan saham perdana alias IPO. Keduanya memilih Bursa Efek Indonesia (BEI), karena dinilai menjanjikan.
Co-Founder sekaligus CEO Xendit Moses Lo mengatakan, perusahaan tertarik untuk IPO di BEI. "IPO di bursa Indonesia sangat menarik. Perkembangannya akan terus berlanjut," katanya dalam acara Wild Digital Conference, Rabu (10/11).
Namun ia tidak memerinci waktu detail Xendit untuk IPO. Moses menyampaikan, perusahaannya masih dalam tahap pertumbuhan.
Meski begitu, ia tertarik untuk mencatatkan saham perdana di Indonesia karena didukung regulator seperti BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Regulator bersedia mendukung pasar publik bagi unicorn," ujarnya.
BEI memang gencar menyosialisasikan kemudahan menjadi perusahaan terbuka atau go public kepada para pemangku kepentingan, termasuk bagi unicorn.
Bursa efek juga aktif berkoordinasi dengan OJK dalam menyusun Rancangan Peraturan OJK (RPOJK) tentang Penerapan Klasifikasi Saham dengan Hak Suara Multipel di Indonesia.
Selain itu, tengah mengubah Peraturan I-A untuk membuka opsi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor industri. Ini termasuk perusahaan teknologi yang valuasinya sudah masuk kategori centaur, unicorn, dan decacorn, dengan tetap memperhatikan kualitas perusahaan tercatat.
Co-Founder sekaligus CEO Ajaib Group Anderson Sumarli menambahkan, bursa saham Indonesia menjanjikan karena jumlah investor ritel tumbuh pesat. "Kami tahu banyak, segmen investor ritel, terutama yang muda, masif berpartisipasi di bursa Indonesia," ujar dia.
Berdasarkan data OJK, jumlah investor di pasar modal mencapai 5,82 juta per Juli. Jumlah ini tumbuh sekitar 50% dibandingkan akhir 2020 sebanyak 3,88 juta.
Peningkatan jumlah investor didominasi oleh generasi milenial atau Z. Investor muda mencapai lebih dari 58% dari total di pasar modal.
Xendit merupakan startup teknologi finansial (fintech) payment gateway berstatus unicorn. Status ini diperoleh setelah mendapatkan dana segar US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun dalam putaran pendanaan seri C.
Sedangkan Ajaib merupakan platform investasi saham dan reksa dana online yang juga berstatus unicorn. Pada Oktober, Ajaib berhasil mengumpulkan dana segar US$ 153 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun dalam putaran pendanaan seri B.
Indonesia kini memiliki delapan unicorn termasuk Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO, J&T Express, dan OnlinePajak. Indonesia juga mempunyai satu decacorn atau valuasi di atas US$ 10 miliar yaitu Gojek.
Selain itu, ada tiga startup yang mengklaim dan dikabarkan sudah berstatus unicorn yakni Kredivo, Blibli, dan Tiket.com.