Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai ekonomi digital di Asia Tenggara mencapai US$ 174 miliar atau sekitar Rp 2.480 triliun tahun ini. Sebanyak US$ 70 miliar atau Rp 997 triliun di antaranya disumbang oleh Indonesia.
Nilai ekonomi digital di Indonesia tumbuh 49% dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy). “Ekonomi digital Indonesia US$ 70 miliar mengindikasikan prospek yang optimistis untuk negara berpopulasi besar ini,” demikian dikutip dari laporan tersebut, yang dirilis Rabu (10/11).
Pertumbuhan tertinggi terjadi di Filipina, yakni 93% yoy. Disusul oleh Thailand 51% dan Indonesia 49%. Rinciannya dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Proyeksi nilai ekonomi tersebut berdasarkan transaksi bruto alias gross merchandise value (GMV) lima sektor, yakni e-commerce, berbagi tumpangan (ride hailing) dan pesan-antar makanan, media digital, online travel, serta finansial.
Di Asia Tenggara, GMV e-commerce diprediksi melonjak 62% yoy menjadi US$ 120 miliar pada tahun ini dan naik 18% menjadi US$ 234 miliar pada 2025. Satu dari dua pembeli di Asia Tenggara menunjukkan frekuensi pembelian yang lebih tinggi sejak pandemi corona.
"Hasilnya, kami juga melihat peningkatan penekanan pada kelekatan pengguna dan pertumbuhan nilai pesanan seiring dengan meningkatnya penetrasi, di atas upaya akuisisi pengguna yang berkelanjutan," demikian dikutip.
Sedangkan nilai transaksi online media diproyeksikan tumbuh 32% menjadi US$ 22 miliar tahun ini.
Lalu, sektor transportasi dan pesan-antar makanan membaik dibanding tahun lalu yang stagnan. Google, Temasek, dan Bain & Company memperkirakan, transaksi sektor ini tumbuh 36% menjadi US$ 18 miliar.
"Di tengah gelombang penguncian yang terus-menerus, permintaan layanan transportasi seperti taksi dan ojek online masih 70% dari tingkat sebelum adanya Covid-19," demikian dikutip. Namun, permintaan mulai meningkat di tengah penurunan kasus positif virus corona harian.
Rincian proyeksi transaksi per sektor dapat dilihat pada Bagan di bawah ini: