Bukalapak dan BRI Ventures menyuntik modal Yield Guild Games Southeast Asia (YGG SEA) yang berbasis di Filipina. Keduanya berpartisipasi dalam putaran pendanaan YGG SEA total US$ 15 juta atau sekitar Rp 215 miliar.
“Tentunya Bukalapak selalu terbuka untuk melakukan pengembangan,” kata Head of Media and Communications PT Bukalapak.com Tbk Fairuza Ahmad Iqbal kepada Katadata.co.id, Senin (13/12).
Ia menyampaikan, perusahaan membuka peluang untuk berinvestasi, terlebih jika terdapat peluang yang memiliki potensi baik dan sejalan dengan Bukalapak, baik dari layanan, segmen, serta tujuan.
YGG SEA merupakan subDAO resmi dari perusahaan game berbasis blockchain Yield Guild Games. YGG SEA diluncurkan sebagai organisasi otonom terdesentralisasi (DAO) pada Juli lalu.
YGG SEA memanfaatkan infrastruktur dan aset YGG untuk melayani komunitas guna bergabung dengan metaverse atau dunia virtual. Caranya, melalui investasi lokal, pendidikan, dan layanan di lapangan.
Anak usaha Bank Rakyat Indonesia (BRI), BRI Ventures pun turut menjadi salah satu investor YGG SEA. "Dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang ingin memasuki metaverse, wajar bagi kami untuk bermitra dengan YGG SEA," kata Founding Partner Sembrani Kiqani Marcel Lukman dikutip dari Antara, Senin (13/12).
YGG SEA memiliki misi menciptakan ekonomi virtual play-to-earn terbesar dan paling berkelanjutan di Asia Tenggara. YGG SEA adalah anggota pendiri Asia Blockchain Gaming Alliance.
Play-to-earn adalah game yang memungkinkan pemain mendapatkan aset atau item digital untuk diperdagangkan. Saat ini game NFT dengan konsep play-to-earn semakin popular karena melibatkan aset kripto di dalamnya.
Sedangkan guild adalah fitur yang dikembangkan untuk memungkinkan komunikasi antara pemain. Selain itu, membantu mereka membangun komunitas di antara pemain dalam game free fire.
YGG SEA akan menggunakan dana segar tersebut utnuk memberikan penawaran kepada komunitas game regional. Guild game akan berfokus mendukung game play-to-earn yang dikembangkan secara lokal di setiap negara dan memperoleh aset game untuk kepentingan basis komunitas.
YGG SEA dipimpin oleh Evan Spytma sebagai CEO dan salah satu pendiri yang berpengalaman lebih dari 20 tahun di studio game seperti Unity Technology dan Electronic Arts (EA).
Pendiri lainnya yakni Dan Wang yang sebelumnya mengepalai operasi di Riot Games di Cina. Selain itu, ada Irene Umar dari Discovery Nusantara Capital, modal ventura untuk game yang berbasis di Indonesia.
"Saat kami hadir di seluruh dunia, subDAO seperti YGG SEA adalah inti dari strategi ekspansi YGG karena mereka memiliki pengetahuan dan jaringan lokal. Tim yang meluncurkan YGG SEA memiliki pengalaman mendalam dalam mendorong adopsi teknologi di kawasan ini dan permintaan akan game play-to-earn di seluruh Asia sangat kuat," kata salah satu pendiri Yield Guild Games Gabby Dizon.
Ia menyampaikan, Asia Tenggara mewakili lebih dari 700 juta orang dari 11 negara. Kawasan ini juga merupakan salah satu kawasan kripto paling aktif secara global.
Pada November, empat dari 10 negara teratas terkait penggunaan dompet Metamask, berada di Asia Tenggara. Sebagian besar transaksi didorong oleh Axie Infinity dan game play-to-earn lainnya.
"Sebagai subDAO YGG pertama, kami merintis model untuk kepentingan beberapa negara NFT paling aktif di dunia. Sedangkan Filipina telah menjadi pusat gerakan play-to-earn selama setahun terakhir,” kata Evan.
Ia mencatat, permintaan layanan play to earn juga meningkat cepat di negara lain, termasuk Asia Tenggara. “Sangat penting untuk memiliki tim seperti kami, dengan sikap membumi dan pemahaman tentang kebutuhan lokal dan nuansa budaya, yang dapat membangun komunitas regional dari bawah ke atas," ujar dia.