Valuasi ByteDance kini melampaui raksasa teknologi finansial (fintech) Ant Group, menurut Hurun Global Unicorn Index 2021. Induk TikTok ini pun menjadi unicorn terbesar di dunia.
ByteDance yang berbasis di Beijing, memiliki 1 miliar pengguna aktif bulanan TikTok secara global. Valuasinya melonjak hampir 30% dari US$ 270 miliar tahun lalu menjadi US$ 350 miliar.
Sedangkan Ant Group, afiliasi dari Alibaba Group Holding, bernilai US$ 150 miliar. Raksasa fintech ini batal mencatatkan saham perdana alias IPO pada akhir tahun lalu, karena tekanan pemerintah Cina.
Valuasi induk TikTok juga melampaui SpaceX milik Elon Musk.
Berdasarkan laporan Hurun, total valuasi seluruh unicorn di dunia US$ 3,7 triliun. Sedangkan 10 teratas, termasuk Bytedance dan Ant Group, berkontribusi 25%.
Empat dari 10 teratas berasal dari Amerika Serikat (AS). Lalu tiga dari Cina. Sedangkan Australia, Inggris, dan Swedia masing-masing memiliki satu.
Unicorn merupakan sebutan bagi perusahaan rintisan yang memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar. Sedangkan decacorn melebihi US$ 10 miliar.
Indonesia memiliki satu decacorn yakni Gojek. Startup jumbo ini kemudian merger dengan unicorn Tokopedia, dan membentuk entitas baru bernama GoTo.
Selain Tokopedia, Indonesia mempunyai tujuh unicorn lainnya yakni Bukalapak, Traveloka, OVO, J&T Express, OnlinePajak, Ajaib, dan Xendit. Nama OnlinePajak sempat masuk lis CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies', tetapi belakangan menghilang.
Selain itu, ada tiga startup yang mengklaim atau dikabarkan memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar yakni Blibli, Tiket.com, dan Kredivo. Sedangkan Ruangguru disebut-sebut hampir menjadi unicorn.
Meski begitu, perusahaan rintisan dari AS dan Cina mendominasi lanskap. Ini sekalipun startup Tiongkok berada di bawah pengetatan pengawasan dari AS dan Beijing.
Dari 1.058 unicorn secara global, sebanyak 487 di antaranya berasal dari AS dan 301 asal Cina. "Negara-negara dengan unicorn terbanyak memberikan gambaran tentang negara mana yang memiliki ekosistem startup terbaik di dunia,” ujar Ketua dan Kepala Peneliti Swasta Hurun Report Rupert Hoogewerf dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Senin malam (20/12).
AS dan Cina mendominasi kancah unicorn global dengan pangsa 74%. India dan Inggris berada di peringkat ketiga dan keempat di liga startup jumbo dunia, masing-masing memiliki 54 dan 39 unicorn.
“Negara-negara dengan lebih banyak unicorn dipandang memiliki ekonomi yang lebih dinamis,” kata Hoogewerf.
Setengah dari unicorn dunia bergerak di bidang fintech, perangkat lunak untuk layanan alias Software as a Services (SaaS), e-commerce, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), teknologi kesehatan dan keamanan siber, metaverse atau dunia virtual.
“Ecosystem up adalah kemampuan perusahaan teknologi besar untuk melakukan spin-off unicorn, dengan 49 dari 50 unicorn 'spin-off' dunia berasal dari Cina,” kata Hoogewerf. Ia pun mencontohkan spin-off Ant Group dari Alibaba pada 2014.
“Namun '4 Besar Dunia' di Hurun Global 500 perusahaan paling berharga yakni Microsoft, Apple, Amazon, dan Alphabet, tidak seaktif rekan-rekan mereka di Cina dalam hal berinvestasi ke unicorn,” ujar dia.