Beberapa konglomerat seperti CT Corp, Grup Djarum, Astra International hingga Grup Ciputra gencar memperluas ekosistem ke penyedia sayur hingga buah-buahan berbasis digital. Beberapa riset menyebutkan, potensi pasar sektor ini besar.
Anak usaha CT Corps, PT Trans Retail Indonesia (Transmart) dan PT Bukalapak.com Tbk berencana membentuk usaha patungan atau joint venture berupa e-commerce bidang makanan segar dan kebutuhan sehari-hari.
Chairman CT Corps Chairul Tanjung mengatakan, perusahaan akan menggenggam 55% saham e-commerce tersebut. Sedangkan Bukalapak 45%.
Head of Media & Communications Bukalapak Fairuza Ahmad mengatakan, pada dasarnya perusahaan akan terus berinovasi mengembangkan ekosistem melalui berbagai strategi.
"Kami selalu mengeksplorasi peluang di sektor-sektor yang dapat mendukung upaya Bukalapak melengkapi layanannya untuk seluruh penggunanya," kata Fairuza kepada Katadata.co.id, Selasa (11/1).
Namun, keduanya belum menjelaskan lebih rinci terkait total modal yang akan digelontorkan serta strategi bisnis perusahaan patungan ke depan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pangan tumbuh positif di tengah pandemi corona. Rinciannya sebagai berikut:
Kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan juga merupakan yang terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yakni 14,27%.
Perusahaan konsultan strategi global L.E.K Consulting memperkirakan, nilai transaksi atau gross merchandise value (GMV) layanan kebutuhan pokok lewat digital US$ 5 miliar - US$ 6 miliar (Rp 70 triliun - Rp 84 triliun) pada 2025.
Sebelumnya, riset Facebook dan Bain & Company menunjukkan, 44% konsumen di Asia Tenggara berbelanja bahan pokok secara online selama pandemi corona. Kebiasaan ini diprediksi tetap menjadi tren meski memasuki normal baru (new normal) atau saat pandemi usai.
Riset YouGov di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam pada April 2020 menunjukkan, berbelanja bahan pokok melalui e-commerce atau media sosial meningkat drastis selama pandemi. Sekitar 80% dari konsumen pengguna internet berencana terus berbelanja bahan makanan secara online.
Selain itu, 77% konsumen lebih sering menyiapkan makanan di rumah ketimbang membeli ataupun makan di restoran.
Dengan potensi pasar tersebut, setidaknya ada delapan konglomerat di Indonesia yang memperluas ekosistem ke penyedia produk segar digital, sebagai berikut:
1. CT Corp
CT Corp melalui anak usaha, Transmart berencana membentuk usaha patungan atau joint venture bersama PT Bukalapak.com Tbk . Entitas gabungan ini berupa e-commerce bidang makanan segar dan kebutuhan sehari-hari.
2. Emtek
Bukalapak masuk dalam ekosistem Elang Mahkota Teknologi (Emtek). E-commerce bernuansa merah ini berencana membuat JV dengan Transmart.
3. Grup Djarum
Blibli.com yang didukung oleh Grup Djarum berinvestasi di perusahaan ritel modern Ranch Market. E-commerce ini mengakuisisi 51% saham Ranch Market, dengan nilai transaksi pengambilalihan Rp 2,03 triliun.
Grup Djarum masuk ekosistem penyedia produk segar secara tidak langsung melalui Gojek. Grup Djarum menjadi salah satu investor Gojek sejak 2018.
Gojek memimpin putaran pendanaan seri A startup social commerce Segari melalui GoVentures bulan lalu. Nilai investasinya US$ 16 juta atau Rp 226,8 miliar.
Segari menawarkan layanan penyederhanaan rantai distribusi kebutuhan pokok melalui skema bisnis social commerce. Startup yang berdiri tahun lalu itu menjaring mitra petani dari Jawa dan Sumatera.
Perusahaan rintisan itu memanfaatkan desentralisasi gudang dalam menyediakan layanan.
4. Astra International
Pada April 2021, Astra International berinvestasi di startup penyedia produk segar Sayurbox US$ 5 juta atau sekitar Rp 72 miliar. Sayurbox merupakan e-commerce grocery farm-to-table.
Hasil panen dari petani dipasarkan melalui Sayurbox, dan dikategorisasi berdasarkan kualitasnya seperti imperfect product, grade a, b, dan c.
5. Grup Ciputra
Grup Ciputra juga menggelontorkan US$ 500 ribu atau setara Rp 7,12 miliar kepada Sayurbox. Investasi ini melalui emiten teknologi, Metrodata Electronics.
Kedua perusahaan menandatangani perjanjian investasi yang di dalamnya disebutkan bahwa perusahaan akan memperoleh saham di Sayurbox dalam kurun waktu tertentu.
Jumlah dan persentase saham akan didasarkan pada formula perhitungan yang diatur dalam perjanjian investasi tersebut.
6. Triputra Group dan Multi Persada Nusantara
Triputra Group dan Multi Persada Nusantara terlibat dalam putaran pendanaan startup penyedia produk segar Kedai Sayur US$ 4 juta atau Rp 57 miliar sejak 2019.
Kedai Sayur menawarkan solusi inklusi teknologi bagi tukang sayur. Perusahaan mendesain model bisnis tukang sayur dan mengakomodasi ekosistem petani sayur.
7. Telkom
Telkom, melalui perusahaan modal ventura MDI Ventures memimpin pendanaan ke startup pertanian TaniHub Group US$ 65,5 juta atau sekitar Rp 942 miliar pada Mei. Direktur Portfolio MDI Ventures Sandhy Widyasthana menilai, TaniHub Group berperan besar di bidang pertanian.
“Kami berharap investasi ini membantu TaniHub Group melanjutkan program dan memperluas cakupan kepada lebih banyak komunitas petani di Indonesia,” katanya dalam siaran pers, medio tahun lalu (21/5/2021).
Ia juga menegaskan bahwa MDI, di bawah Telkom dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), akan terus berinvestasi ke startup teknologi yang berperan besar di berbagai sektor berpengaruh bagi masyarakat.
8. Grup Lippo
Grab menjalin aliansi usaha dengan gerai ritel milik Grup Lippo, Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Kerja sama ini untuk memperluas bisnis omni-channel Matahari.
Melalui kolaborasi itu, Matahari bisa membuat toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo dan Hyfresh pada fitur GrabMart. Dengan begitu, konsumen Grab dapat berbelanja bahan pokok, produk segar hingga kebutuhan rumah tangga dalam satu aplikasi.