Dua Startup Perikanan RI Raih Investasi Bulan Ini, Apa Daya Tariknya?

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.
Pekerja menjemur ikan asin di Kampung Nelayan Cilincing, Jakarta, Minggu (6/6/2021).
31/1/2022, 14.38 WIB

Startup perikanan Aruna dan eFishery memperoleh pendanaan bulan ini. Investor menilai, sektor ini mempunyai prospek cerah.

Aruna meraih pendanaan seri A lanjutan US$ 30 juta atau Rp 432 miliar. Investasi ini dipimpin oleh Vertex Ventures Southeast Asia & India. Investor terdahulu yang berpartisipasi yakni Prosus Ventures dan East Ventures, AC Ventures, Indogen Capital, SMDV dan SIG.

Dengan tambahan dana segar itu, Aruna total mengumpulkan US$ 65 juta atau Rp 935 miliar dalam pendanaan seri A. Perusahaan rintisan ini pun berencana memperkuat pasar global.

Pertengahan bulan ini (11/1), eFishery juga memperoleh pendanaan seri C US$ 90 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun. Investasi ini dipimpin oleh Temasek, SoftBank Vision Fund 2, dan Sequoia Capital India.

Investor lain yang berpartisipasi yakni Northstar Group, Go-Ventures, Aqua-Spark, dan Wavemaker Partners. Northstar Group merupakan salah satu investor Gojek. Sedangkan Go-Ventures adalah perusahaan modal ventura besutan Gojek.

Startup perikanan tersebut berencana ekspansi ke 10 negara. Tahun ini, perusahaan rintisan itu menyasar Thailand. Lalu India dan Cina.

Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, pendanaan Aruna dan eFishery merupakan momentum yang akan menginspirasi lebih banyak lagi pemain di sektor hulu.

"Para investor juga akan melihat potensi startup Indonesia yang lebih luas dari sekadar pangsa pasar Business to Consumer (B2C) saja," kata Edward kepada Katadata.co.id, Senin (31/1).

Kedua startup perikanan itu juga bisa memberi panggung pasar yang sebelumnya kasat mata. eFishery misalnya, berhasil menunjukkan pasar besar budi daya tambak Tanah Air melalui inovasi teknologi.

eFishery juga membuat petambak mendapatkan manfaat sehingga laba yang didapatkan meningkat tajam.

Sedangkan Aruna berhasil menunjukkan besarnya pangsa pasar hasil laut Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Startup ini dinilai dapat menjawab masalah inefisiensi rantai pasok hasil laut.

Managing Director Northstar Group Sidharta Oetama mengatakan, startup di sektor ini akan tumbuh pada 2022. "Sektor ini akan semakin besar dan semakin banyak startup yang terlibat," katanya dua pekan lalu (12/1).

Investor pun akan semakin banyak yang terlibat dalam pendanaan. " Potensi masuknya dana ke sektor ini juga besar. Ini karena, investor melihat sektor ini potensinya masih luas, berbeda dengan teknologi finansial finansial (fintech) atau e-commerce yang sudah banyak sekali pemainnya," kata Sidharta.

Namun, pemain di sektor ini mesti menghadapi tantangan. "Sektor ini tidak gampang karena bukan sekadar bikin aplikasi dan langsung pakai, tapi ada komunitasnya yang mesti dipandu juga," katanya.

Sedangkan 70% wilayah Nusantara merupakan lautan. Panjang garis pantai Indonesia pun mencapai 99.093 kilometer. 

Namun, pemerintah menyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya alam (SDA) kelautan Indonesia untuk perekonomian tergolong kecil, yakni kurang dari 10%. Oleh karena itu, potensi yang bisa digali masih sangat besar.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, investasi ke industri perikanan dan kelautan Rp 4,11 triliun pada kuartal III 2021. Pemerintah menilai bisnis budidaya perikanan masih akan menjadi sektor menarik tahun ini. 

KKP menargetkan investasi di bidang kelautan dan perikanan tumbuh 5% atau menjadi Rp 6,32 triliun tahun ini.

"Pertumbuhan 4% - 5% akan kami dorong dari usaha penangkapan atau budidaya. Sebetulnya selama ini sudah ada ketentuan pemerintah yang bisa menarik investasi, salah satunya memberikan keringanan pajak bagi investasi baru," kata Direktur Usaha dan Investasi KKP Catur Sarwanto dalam Webinar Peluang Investasi Usaha Kelautan dan Perikanan 2022, pekan lalu (20/1).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan