Startup Kuliner RI Disuntik Rp9 T per 2021, Kopi Kenangan Jadi Unicorn

Kopi Kenangan
Kopi Kenangan meluncurkan produk kopi siap saji pada Senin (17/1/2022).
Penulis: Desy Setyowati
10/2/2022, 13.54 WIB

Riset Alpha JWC Ventures dan DealStreetAsia menunjukkan, startup kuliner atau food and beverages (F&B) Indonesia memperoleh investasi US$ 644 juta atau sekitar Rp 9,2 triliun selama satu dekade. Kopi Kenangan bahkan berstatus unicorn.

Alpha JWC Ventures merupakan firma modal ventura. Sedangkan DealStreetAsia menyediakan portal berita bisnis regional.

Keduanya meluncurkan laporan bertajuk ‘Tapping into Indonesia’s F&B Revolution’. Studi ini membahas aktivitas pendanaan modal ventura di industri kuliner di Asia Tenggara.

Selain itu, menyajikan pembahasan menyeluruh terkait pertumbuhan eksponensial yang terjadi pada beberapa sektor industri F&B. Laporan ini memprediksi tren industri kuliner.

Startup kuliner yang dikaji dibagi dalam empat kategori, yakni:

  • Makanan dan Minuman Segar (Fresh F&B)
  • Pesan-Antar Makanan (Food Delivery)
  • Aplikasi Direktori Restoran (Restaurant Discovery Apps)
  • Layanan Online Kebutuhan Sehari-hari (Online Grocery Services)

Alpha JWC Ventures dan DealStreetAsia mencatat, total dana segar yang mengalir ke startup kuliner US$ 461 juta dari 49 pendanaan tahun lalu. Nilainya meningkat dibandigkan 2020 US$ 250 juta dan 2019 US$ 115 juta.

Selain itu, startup kuliner Asia Tenggara memperoleh dana lebih dari US$ 900 juta atau sekitar Rp 13 triliun dari pendanaan pemodal swasta selama satu dekade terakhir atau 2012 – 2021. Perusahaan rintisan asal Indonesia mendominasi yakni lebih dari US$ 644 juta.

Di Tanah Air, layanan makanan dan minuman segar serta pengiriman bahan makanan secara online tumbuh paling cepat selama pandemi corona.

Alpha JWC Ventures dan DealStreetAsia menilai, potensi pengembangan sektor kuliner di Indonesia masih terbuka lebar, baik dari segi valuasi maupun penggunaan produk. Ini karena masih rendahnya penggunaan layanan kuliner berbasis teknologi bila dibandingkan dengan penetrasi penggunaan ponsel dan internet.

Startup kuliner tetap dilirik oleh investor meski menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya terkait hak kekayaan intelektual (HKI). Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016, baru 11,05% dari 8,2 juta pelaku usaha di sektor ekonomi kreatif (ekraf) yang mendaftarkan HKI.

Pada subsektor kuliner, baru 19,75% yang mendaftarkan HKI. Padahal, “ini fundamental,” kata Deputi Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekraf (Kemenparekraf) Fadjar Hutomo kepada Katadata.co.id, akhir 2020 (11/12/2020).

"Aset utama ekraf yakni kekayaan intelektual. Ini justru menjadi potensi monetisasi dan pertimbangan bagi investor dalam berinvestasi," tambah dia.

HKI melindungi produk agar tidak ditiru. Selain itu, dapat digunakan sebagai alat produksi dan iklan, serta membangun reputasi.

Namun, Fadjar menilai bahwa tantangan utama pemain sektor kuliner yakni sumber daya manusia (SDM) dan kemampuan mengelola usaha. “Kenyataannya, ini proses yang berkelanjutan dan dinamis,” ujar dia.

Hal senada disampaikan oleh VP of Investment & Business Development BRI Ventures, Markus Liman Rahardja. Utamanya, Markus menyoroti pengelolaan perusahaan ketika skala bisnis meningkat.

“Industri berkaitan dengan rasa. Jadi, bagaimana menjaga konsistensi ketika skala bisnis naik. Mengelola lima toko dengan 20 itu berbeda. Begitu juga dengan 300 gerai. Ini butuh kapabilitas dan keunikan,” kata Markus saat konferensi pers virtual terkait pengumuman pendanaan BRI Ventures terhadap Haus!, akhir 2020 (11/12/2020).

Markus menilai bahwa sektor kuliner semakin potensial. Alasannya ada dua, yakni:

1. Layanan pesan-antar makanan memang meningkat selama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) saat pandemi Covid-19. Angkanya tertera pada Databoks di bawah ini:

2. Sektor kuliner memperoleh efek domino dari perkembangan bisnsi berbagi tumpangan (ride hailing) seperti Gojek dan Grab.

3. Bisnis makanan dan minuman pada dasarnya potensial

Di Indonesia, Kopi Kenangan pun sudah berstatus unicorn. Startup kuliner ini memperoleh pendanaan seri C tahap pertama US$ 96 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun akhir tahun lalu.

Pendanaan tersebut dipimpin oleh Tybourne Capital Management. Investor sebelumnya juga terlibat dalam putaran investasi ini, seperti Horizons Ventures, Kunlun, dan B Capital. Selain itu, terdapat investor baru yakni Falcon Edge Capital.

 "Pendanaan ini menempatkan Kopi Kenangan sebagai perusahaan new retail food and beverage (F&B) berstatus unicorn pertama di Asia Tenggara," kata CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata dalam siaran pers, akhir tahun lalu (27/12/2021).