Startup Keuangan Brick Raih Pendanaan Rp 122 M dari Flourish Ventures

Twitter/@brick_io
Ilustrasi. Startup Brick menyediakan layanan Application Programming Interface (API) untuk fintech dan perusahaan teknologi.
Editor: Agustiyanti
14/2/2022, 09.49 WIB

Startup keuangan asal Indonesia, Brick memperoleh pendanaan sebesar US$ 8,5 juta atau Rp 122 Miliar yang dipimpin oleh investor global, Flourish Ventures dan Antler. Pendanaan tersebut akan dimanfaatkan untuk masuk ke pasar keuangan terbuka (open finance) di Asia Tenggara.

Selain kedua investor itu, Trihill Capital, Better Tomorrow Venture dan Rally Cap Ventures terlibat dalam pendanaan tersebut.  Tokoh global terkemuka dalam industri teknologi finansial (fintech) seperti Sima Gandhi dari Plaid dan Creative Juice, Yan Wu dari Bond, Brian Ma dari Zero Down, Ooi Hsu Ken dari Iterative, Amrish Rau dari Pine Labs, hingga Andrea Baronchelli dari Aspire juga ikut serta.

Cofounder & CEO Brick Gavin Tan mengatakan, Brick akan memanfaatkan pendanaan tersebut untuk memperluas layanan di kawasan Asia Tenggara. Perusahaan berencana mengembangkan bisnisnya ke Singapura dan Filipina.

Brick juga akan membangun platform teknologi terbaru yang mendukung layanan. Ini agar banyak developer dan startups di Asia Tenggara untuk membangun layanan keuangan secara inklusif.

“Brick tengah membangun infrastruktur fintech untuk perusahaan teknologi di Asia Tenggara dan kami senang melihat kepercayaan investor pada perkembangan startups Indonesia, khususnya sektor fintech, yang ditunjukkan melalui investasi ini,” kata Gavin pada Minggu (13/2).

Brick merupakan startup keuangan yang didirikan pada 2020 oleh Gavin dan rekannya Deepak Malhotra sebagai CTO. Gavin mempunyai pengalaman di Aspire dan Deepak sebelumnya, membangun neobank unicorn pertama untuk millenial di India. 

Saat ini, Brick menyediakan layanan Application Programming Interface (API) untuk fintech dan perusahaan teknologi. API Brick memudahkan platform fintech menawarkan jasa pembayaran, kredit, investasi dan asuransi kepada konsumen. 

Teknologi Brick akan menghubungkan platform dengan sumber data yang bersifat hyper-local. Ketika konsumen ingin mengajukan pinjaman, teknologi Brick dapat menghubungkan platform dengan akun keuangan pengguna. Teknologi Brick juga mengumpulkan data dompet digital dan data ketenagakerjaan untuk membantu mempercepat proses pengajuan pinjaman.  

Brick sudah bekerja sama dengan ribuan developer di Indonesia dan memiliki lebih dari 50 klien termasuk beberapa perusahaan fintech diantaranya Sinarmas Group dan Astra Financial. Brick telah mendukung lebih dari 13 juta panggilan API dan 1 juta konsumen setiap bulannya. 

Global Investments Advisor, Flourish Ventures Smita Aggarwal mengatakan, perusahaan memberikan pendanaan kepada Brick seiring dengan potensi open finance yang besar di Asia Tenggara. "Kami percaya bahwa adopsi yang luas dari open finance dapat mempercepat inklusi keuangan di seluruh wilayah dan memberikan dorongan yang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi," katanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Flourish Ventures dan McKinsey & Company menunjukkan bahwa adopsi luas ekosistem open-data di India dapat menghasilkan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) 4% hingga 5% pada 2030. Flourish percaya bahwa potensi peningkatan di Asia Tenggara dapat lebih besar lagi.

Tingginya permintaan pasar adopsi open finance di Asia Tenggara dibarengi dengan dukungan regulasi yang kuat.

Partner di Antler Teddy Himler juga mengatakan bahwa pasar Asia Tenggara memiliki ekosistem fintech yang lebih transparan, kompetitif, dan inovatif. "Kami percaya bahwa bank-bank di Asia Tenggara, pemerintah dan layanan konsumen akan merangkul open finance sebagai cara untuk merevolusi sistem pembayaran dan infrastruktur data yang masih tradisional," katanya.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan