Investor Punya 3 Syarat sebelum Suntik Modal Startup di Luar Jakarta

Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta.
7/3/2022, 15.06 WIB

Mayoritas startup bermarkas di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) berdasarkan data Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) pada Mei 2019. Investor mempertimbangkan infrastruktur hingga talenta digital sebelum berinvestasi di perusahaan rintisan di luar wilayah ini.

Operating Partner East Ventures David F Audy mengatakan, pertimbangan pertama bagi investor dalam mendanai startup di luar Jabodetabek yakni akses infrastruktur digital. Ini merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah daerah (pemda) agar masif mengembangkan infrastruktur.

"Harus tingkatkan dulu inklusinya. Mulai gencar dalam hal pengeluaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK), internet juga harus cepat," kata David dalam konferensi pers peluncuran Laporan EV-DCI 2022, Senin (7/3).

Infrastruktur dibutuhkan agar startup di luar Jabodetabek lancar beroperasi. Utamanya, perusahaan rintisan di sektor yang memberikan layanan ke konsumen langsung, infrastruktur digital penting untuk pertumbuhan transaksi dan jumlah pengguna.

"Dengan infrastruktur, orang akan cari cara sendiri mendigitalisasi. Tidak bisa berjualan saat pandemi corona misalnya, mencari cara untuk masuk ke Tokopedia atau Shopee," ujarnya.

Pertimbangan kedua yakni literasi digital di daerah tersebut. "Sebab, risiko layanan digital ini banyak misalnya, orang tertipu oleh layanan ilegal," ujarnya.

Partner dan NextLevel Leader PwC Indonesia Radju Munusamy menambahkan, regulasi pemda akan menjadi pertimbangan investor mendanai startup di daerah. 

Kemudian, talenta digital. "Ini penting untuk pengembangan ekonomi digital. Maka tugas pemerintah membuat kurikulum. Sedangkan startup perlu gencar penelitian dan pengembangan," katanya.

Sedangkan Radju mengatakan, dari sisi bisnis, investor akan mengincar startup luar Jabodetabek yang mempunyai kemampuan adopsi digital cepat. "Misalnya, gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI) bisa menjadi alat digitalisasi jutaan UMKM di daerah," katanya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Fajar Hutomo mengatakan, jumlah startup di luar Jabodetabek masih minim. Ini karena banyaknya hambatan.

“Misalnya, akses pendanaan, sumber daya manusia (SDM), dan ekosistem pendukung," kata Fajar kepada Katadata.co.id, awal tahun lalu (18/1/2021).

Data MIKTI pada Mei 2019 menunjukkan, 52,7% dari total 1.009 startup yang terdata, berbasis di Jabodetabek.

Padahal menurut Fajar, bisnis di luar Jabodetabek cukup potensial bagi startup untuk tumbuh. "Bandung, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Denpasar, dan Medan mempunyai potensi," kata dia.

Beberapa startup di luar Jabodetabek seperti eFishery, Bobobox, dan Evermos di Bandung, Jawa Barat.

Di DI Yogyakarta, ada startup Arutala yang mempercepat implementasi dunia virtual atau metaverse. Ada juga penyedia perangkat lunak atau software untuk UMKM dan korporasi yakni Run System.

Di Surabaya, ada startup jaringan ritel kuliner sehat bernama Greenly dan di bidang kesehatan mental (mental health) Riliv.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan