Ibu rumah tangga Muntayah (41 tahun) dan Yuliati (39 tahun) membuka warung kelontong di desa dengan omzet puluhan juta rupiah. Keduanya menggunakan layanan startup Dagangan.
Muntayah memiliki usaha warung di Desa Krincing, Dusun Tawang, Kabupaten Magelang. Ibu tiga orang anak ini menggunakan aplikasi Dagangan pada akhir 2019.
Alasan utama ia menggunakan layanan itu yakni karena tak perlu lagi ke pasar untuk berbelanja barang dagangan. Ia bisa membelinya lewat aplikasi Dagangan.
Barang belanjaan diantar keesokan harinya dan tanpa ongkos kirim.
Menurut dia, harga sejumlah produk di aplikasi Dagangan lebih murah ketimbang di pasar. “Berbelanja untuk isi warung jadi lebih mudah dan murah. Saya bisa berbelanja tanpa meninggalkan rumah dan menutup warung,” kata Muntayah dalam keterangan pers, Selasa (8/3).
Yuliati asal Desa Tempelsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman juga menggunakan aplikasi Dagangan. Ia mengklaim, omzet penjualan melonjak, karena barang dagangan di warungnya lebih lengkap dan murah.
“Warga sekitar sini jadi banyak yang berbelanja di warung saya, karena harganya lebih murah,” ujar Yuliati.
Ia pertama kali mengenal aplikasi Dagangan dari media sosial. Dia tertarik memakai platform ini karena mempermudah berbelanja barang yang akan dijual di warung.
Dia juga mendapatkan reward points karena merupakan pengguna aktif.
Yuliati bercerita, sebelumnya ia menggunakan aplikasi marketplace seperti Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak. Namun hasilnya tidak sesuai harapan.
“Dulu saya hanya punya modal Rp 1,5 juta untuk membeli barang-barang isi warung. Sekarang omzet saya meningkat hingga Rp 44 juta,” ujar Yuliati.
Ibu rumah tangga lainnya asal DI Yogyakarta, Merryana juga menggunakan aplikasi Dagangan. Pemilik akun @zhafira_ziandra ini memiliki hampir 30 ribu pengikut di media sosial Instagram.
“Dagangan memudahkan ibu rumah tangga yang memerlukan beragam barang kebutuhan harian berkualitas dengan harga murah,” kata dia.
Startup Dagangan bergerak di bidang social commerce. Perusahaan rintisan ini menawarkan layanan pemenuhan kebutuhan primer untuk masyarakat perdesaan. Pengiriman dilakukan dalam 1x24 jam tanpa ongkos kirim.
Dagangan mengimplementasikan model operasional hubs-and-spoke. Startup ini menjalin sinergi dengan tokoh masyarakat, pengusaha lokal, dan UMKM di perdesaan.
“Model operasional hubs-and-spoke membantu para produsen besar baik skala nasional maupun internasional, untuk menjangkau daerah yang sebelumnya sulit dijangkau karena keterbatasan logistik,” ujar Co-founder sekaligus COO Dagangan Maha Willy Chandra dalam keterangan pers, bulan lalu (7/2).
Startup itu memiliki lebih dari 40 hubs yang tersebar di beberapa titik di area rural. Ini bertujuan mempercepat pengiriman dan menekan biaya logistik.
Dagangan melayani lebih dari 100 ribu transaksi dan menjangkau lebih dari 8.000 desa di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Startup ini berencana memperluas cakupan operasional di Jawa maupun luar pulau.