Startup di bidang kecantikan Sociolla atau Social Bella Indonesia akan gencar ekspansi lini bisnis dan pasar tahun ini. Ini untuk meraup potensi pasar ekonomi perempuan atau sheconomy yang diperkirakan US$ 59 miliar atau Rp 847 triliun.
Co-Founder sekaligus President Social Bella Christopher Madiam mengatakan, perusahaan bakal ekspansi multi-dimensional ke berbagai lini bisnis tahun ini. Semua lini bisnis kemudian akan terintegrasi dalam satu ekosistem yang dinamakan shecosystem.
"Dengan ekspansi multi-dimensional, kami dapat meraup pasar sheconomy di Indonesia yang diperkirakan US$ 59 miliar dan pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) 9,4%," kata Christopher dalam konferensi pers virtual, Selasa (29/3).
Salah satu bentuk perluasan lini bisnis Sociolla yakni dengan meluncurkan platform e-commerce khusus bagi ibu dan anak bernama Lilla.
Menurut Christopher, Lilla menandai langkah pertama Sociolla untuk berekspansi di luar pasar kecantikan dan perawatan diri. "Ini menjadi fokus kami tahun ini," katanya.
Sociolla juga gencar menjalankan ekspansi gerai omnichannel. Tahun lalu, pertumbuhan toko startup ini 10 kali lipat dibandingkan 2019.
Perusahaan rintisan itu mempunyai 35 gerai omnichannel di seluruh Indonesia dan sembilan di Vietnam.
Sociolla juga memiliki 24 gudang multifungsi yang tersebar di Indonesia. Ini dapat melayani lebih dari 55 ribu titik penjualan untuk bisnis Brand Development.
Startup kecantikan itu juga berencana ekspansi ke pasar luar negeri. Tahun lalu, Sociolla ekspansi ke Vietnam.
"Kami juga berambisi menyasar pasar regional di Asia Tenggara yang lebih luas lagi," ujar Co-Founder sekaligus CEO Social Bella John Rasjid. Namun ia tidak memerinci negara mana yang bakal dituju.
Ia mengatakan, sejauh ini beberapa partner telah berkomunikasi dan mengenalkan pasar luar negeri yang potensial kepada Sociolla. Namun, perusahaan masih mengkaji dan berfokus memperluas jangkauan di pasar Vietnam.
Selain ekspansi, startup kecantikan itu berencana mencatatkan penawaran saham perdana ke publik (IPO). Namun, John tidak menjelaskan kapan IPO akan dilakukan.
"IPO itu selalu ada di benak kami. Itu jadi satu rencana ke depan. Apalagi, sekarang Sociolla masuk tahun ke tujuh beroperasi," katanya.
John mengatakan, untuk menjalankan sejumlah upaya ekspansi itu, perusahaan berencana mengumpulkan pendanaan. "Pendanaan tentu kami butuhkan, seiring dengan ambisi ekspansi kami," katanya.
Pada Januari, Sociolla dikabarkan dalam pembicaraan untuk mengumpulkan pendanaan US$ 150 juta (Rp 2,2 triliun) hingga US$ 200 juta (Rp 2,9 triliun).
"Sociolla sedang merundingkan putaran pendanaan yang akan mendorong valuasinya melewat US$ 1 miliar,” kata sumber Bloomberg yang mengetahui masalah itu dikutip dari Business Times, pada Januari (19/1).
Melalui pendanaan tersebut, valuasi perusahaan rintisan itu disebut-sebut bakal mencapai US$ 1,2 miliar sampai US$ 1,4 miliar.
Sociolla telah mengumpulkan US$ 58 juta dalam putaran pendanaan Seri E pada 2020. Dana segar ini diperoleh dari investor termasuk Temasek, Jungle Ventures, dan Pavilion Capital.
Perusahaan memperoleh tambahan US$ 57 juta dari L Catterton dan investor lainnya tahun lalu.
Sociolla telah menggaet lebih dari 150 brand yang tengah berkembang. Tahun lalu transaksi Sociolla tumbuh hampir dua kali lipat. Sedangkan, jumlah pengguna telah tumbuh lebih dari dua kali lipat.