Startup kuliner multi-brand Hangry dikabarkan meraih pendanaan US$ 14,25 juta atau sekitar Rp 204,7 miliar. Salah satu investor yang disebut-sebut terlibat dalam putaran ini yakni Alpha JWC Ventures.
Alpha JWC Ventures sebelumnya memimpin pendanaan seri A kepada Hangry US$ 13 juta pada Mei 2021. Investor lain yang berpartisipasi saat itu Atlas Pacific Capital, SALT Ventures, dan Heyokha Brothers.
Dealstreetasia pertama kali melaporkan bahwa Hangry meraih pendanaan baru US$ 14,25 juta pada Kamis (31/3). Namun startup kuliner ini enggan berkomentar mengenai rumor.
Akan tetapi, Hangry disebut-sebut bakal menyampaikan pengumuman tertentu pertengahan bulan ini. Namun tidak ada informasi rinci mengenai isi pengumuman tersebut.
Sedangkan pada tahun lalu, Hangry menargetkan ekspansi nasional setelah meraup pendanaan seri A. “Bersama mereka (para investor), kami yakin jalan untuk mencapai ambisi global Hangry akan semakin mulus,” kata Co-founder sekaligus CEO Hangry Abraham Viktor dalam keterangan pers, awal tahun lalu (3/5/2021).
Hangry adalah startup kuliner yang memiliki konsep restoran berbasis komputasi awan (cloud kitchen) dan multi-brand. Cloud kitchen berarti konsumen hanya bisa memesan menu secara online. Tidak bisa makan di tempat.
Perusahaan rintisan itu didirikan oleh Abraham Viktor, Robin Tan, dan Andreas Resha pada 2019. Hangry memiliki beberapa merek dengan menu beragam, seperti Moon Chicken (ayam goreng ala Korea), San Gyu (masakan otentik Jepang), dan Ayam Koplo (ayam geprek dan berbagai hidangan ayam).
Harga produk mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 70 ribu per porsi.
Hangry juga meluncurkan aplikasi yang memungkinkan pelanggan memesan dari brand-brand di bawah naungan startup ini, dalam satu kali pesanan. Meski begitu, menunya dapat dipesan di aplikasi pemesanan makanan lain seperti GoFood dan GrabFood.
Startup itu ingin menjadi perusahaan makanan dan minuman terbesar di Indonesia pada 2025. Kemudian menyasar pasar global pada 2030.
Hangry pun memperluas layanan dari berfokus pada konsep cloud kitchen pada 2019, lalu memperkenalkan restoran offline tahun lalu. “Dalam jangka panjang, Hangry ingin menjadi brand yang tumbuh bersama konsumen,” kata Abraham.
Perusahaan rintisan itu menerima pendanaan institusional pertama US$ 3 juta atau Rp 43 miliar pada 2020. Investasi ini diraih dari Alpha JWC Ventures dan Sequoia Capital melalui program akselerator Surge.
Alpha JWC Ventures kemudian berinvestasi lagi di Hangry melalui pendanaan seri A pada Mei 2021. Kini, investor ini disebut-sebut kembali menyuntik modal Hangry.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan mengatakan, sektor kuliner berpeluang menambah jumlah unicorn di Indonesia. Alasannya, perputaran transaksi sektor ini besar.
Melalui transaksi itu, para startup kuliner dapat meningkatkan engagement dari fungsi aplikasi loyalitas. Dengan begitu, perusahaan rintisan di sektor ini lebih terjaga dan terukur secara jangka panjang dibandingkan pemain lain.
"Potensi pasar di Indonesia juga masih sangat terbuka baik di kota tier satu dan dua," kata Edward kepada katadata.co.id, akhir tahun lalu (22/11/2021).
Startup kuliner juga mampu mengumpulkan data konsumen. "Ini yang bisa digunakan dalam menentukan strategi dan arah ekspansi berikutnya. Bahkan, bisa memberikan peluang atau ceruk pasar baru," kata Edward.
Direktur Investasi BRI Ventures William Gozali juga berpendapat, pemain di sektor kuliner kini dibekali wawasan atau insight terkait kuliner apa yang diminati oleh warga di wilayah tertentu. "Ini permainan big data,” ujarnya dalam acara media gathering virtual Asosiasi Modal Ventura untuk Startup lndonesia (Amvesindo) bertajuk ‘Mengupas Dinamika dan Tren Pendanaan Startup 2020-2021’, akhir 2020 (2/11/2020).