Startup lingkungan yang memberikan kontribusi dalam mengurangi dampak kerusakan alam, mempunyai potensi pasar yang besar dan dilirik investor. Potensi yang besar seiring dengan upaya pemerintah dalam mengatasi kerusakan lingkungan dan menggejot program Energi Baru Terbarukan (EBT).
CEO dan Founder Xurya Daya Indonesia Eka Himawan mengatakan, salah satu faktor yang membuat startup lingkungan mempunyai potensi yang besar karena permintaan akan energi terbarukan yang mulai bergeliat. "Ditambah, Indonesia mempunya potensi dalam menghasilkan energi baru," katanya dalam perayaan Hari Bumi 2022 dari Saratoga Investama, East Ventures, dan Xurya, pada Jumat (22/4).
Xurya merupakan startup yang mengembangkan energi terbarukan yang berasal dari matahari. Dia menilainya cocok untuk Indonesia, sebab Indonesia berada di garis ekuator.
CEO dan Founder Waste4Change Bijaksana Junerosano mengatakan, startup lingkungan juga mempunyai potensi untuk bertumbuh di Indonesia karena solusi lingkungan semakin dibutuhkan. "Kecepatan kerusakan lingkungan saat ini lebih cepat daripada solusinya. Maka, harus banyak solusi diciptakan oleh startup," katanya.
Waste4Change misalnya menawarkan solusi pengolahan sampah. Ini karena kondisi pengelolaan sampah di Indonesia memprihatinkan.
Masyarakat di Indonesia menghasilkan sampah hingga 64 juta ton per tahunnya. "Sebanyak 34,8% sampah itu dibakar atau dibuang sembarangan. Kemudian, 15,2% dikirim ke tempat pembuangan akhir," kata Bijaksana.
Pemerintah menargetkan mencapai nol emisi karbon pada 2060 atau lebih cepat. Salah satunya dengan mencapai puncak emisi pada 2030. Pemerintah pun akan memberikan insentif yang besar kepada perusahaan yang turut serta dalam upaya mencapai nol emisi.
"Ini karena kami melihat bagaimana investasi terhadap nol emisi itu sangat penting," kata Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury.
Startup lingkungan juga mempunyai daya tarik tersendiri bagi investor. Data Dealroom menunjukkan, secara global, startup berdampak sosial yang paling diincar oleh investor yakni terkait perubahan iklim dan energi bersih. Investasinya berkontribusi lebih dari 50 miliar euro sejak 2015.
Venture Partner East Ventures Avina Sugiarto mengatakan, East Ventures pun menaruh perhatian lebih kepada startup yang mempromosikan keberlanjutan untuk lingkungan yang lebih hijau. East Ventures misalnya berinvestasi di startup perikanan Aruna, startup energi terbarukan Xurya, dan startup pengelolaan limbah Waste4Change.
"Investasi ke startup ini menjadi salah satu bentuk investasi yang bertanggung jawab. Komitmen terhadap lingkungan juga kami perhitungkan," ujar Avina.
Namun, Direktur Mandiri Capital Joshua Agusta mencatat, startup di Indonesia yang berfokus pada sektor lingkungan relatif sedikit. Ia juga melihat, baru perusahaan-perusahaan besar yang mengembangkan layanan ramah lingkungan. "Kalau pada 2035, mungkin gerakan green economy sudah mulai," katanya pada tahun lalu, (22/2/2021).
Investasi di sektor ekonomi hijau menjadi tren di beberapa negara, sebagaimana Databoks di bawah ini: