Startup Indonesia memimpin dari sisi exit strategy di Asia Tenggara sepanjang tahun lalu. Exit strategy ini termasuk pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO), merger maupun akuisisi.
Exit strategy adalah pendekatan yang direncanakan untuk mengakhiri investasi dengan cara yang akan memaksimalkan keuntungan dan/atau meminimalkan kerugian.
“Sebagian besar likuiditas terkonsentrasi di beberapa exit strategy penting seperti Bukalapak di Indonesia, CTOS Malaysia, Bitkub Thailand,” demikian dikutip dari laporan Cento Ventures bertajuk ‘SE Asia tech Investment 2021’ Rabu (27/4).
Bukalapak resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Agustus tahun lalu (6/8/2021). Nilai penawarannya Rp 21,9 triliun atau terbesar sepanjang sejarah.
Porsi nilai kesepakatan exit strategy startup Indonesia pun tercatat yang terbesar di Asia Tenggara selama tahun lalu. Begitu pun dari sisi jumlah. Rinciannya sebagai berikut:
Rasio exit strategy startup Indonesia tercatat 0,4 kali selama 2019 – 2021 atau yang terbesar di Asia Tenggara. Rinciannya dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Investor dari kalangan modal ventura memang sudah memperkirakan bahwa exit strategy startup marak selama 2021.
“Startup, terutama yang growth stage akan melirik opsi investasi yang lebih agresif seperti IPO,” ujar CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro kepada Katadata.co.id, pada Maret 2021 (17/3/2021). “Mungkin setelah mendapatkan pendanaan seri B.”
Sedangkan perusahaan rintisan yang sukses mencari pendanaan (fund raising) dinilai bakal melirik akuisisi. Ini bertujuan mencapai pertumbuhan non-organic, produk, atau talenta digital.
“Sebaiknya untuk startup growth stage atau yang sudah melewat beberapa putaran pendanaan,” kata Eddi. Akan tetapi, potensi IPO dan konsolidasi ini tergantung pada sektor dan wilayah operasi.