Startup penyedia platform sosial pencarian kerja berbasis komunitas Atma merih pendanaan tahap awal (pre-seed funding) lebih dari US$ 5 juta atau sekitar Rp 72,6 miliar. Investasi ini dipimpin oleh AC Ventures.
Investor lain yang berpartisipasi yakni Global Founders Capital. Beberapa pendiri dan pimpinan perusahaan seperti GoTo Group, Advance Intelligence Group, Ula, Lummo, Kopi Kenangan, Sampoerna Strategic, MMS Group, dan Xiaomi turut bergabung dalam putaran ini sebagai investor individu atau angel investor strategis.
Atma didirikan oleh Edy Tan, Chris Gunawan, Susan Suhargo, Tim Young, dan Monica Oudang pada tahun ini. Edy Tan dan Monica pernah bekerja di Gojek sebagai Chief of Driver dan CHRO. Monico juga menjabat ketua Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) di bawah GoTo.
Chris merupakan mantan Co-Founder RestoDepot dan Product Executive di Vara. Sedangkan Susan adalah mantan Strategic Initiatives di Tencent dan Regional Marketing di Gojek.
Lalu Tim Young merupakan eks Investor di Atlas Asset Management dan Fixed Income Trader di HSBC.
Co-founder sekaligus CEO Atma Edy Tan mengatakan, dana segar tersebut bakal digunakan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan. Selain itu, menjalankan strategi go-to-market dan memperluas tim hingga 100 orang pada akhir tahun ini.
Edy menyampaikan, ia dan tim terinspirasi dari dampak sosial yang diberikan oleh Gojek kepada 2,5 juta mitra pengemudi dalam mendirikan startup sendiri.
Ia ingin menjangkau populasi yang lebih luas mencakup sektor formal. Ia menargetkan segmen pekerja berpenghasilan menengah ke bawah dari populasi usia produktif di Indonesia, yakni individu berpendapatan kurang dari Rp 10 juta per bulan.
Atma berfokus membantu lebih dari 100 juta orang di segmen tersebut agar mendapatkan peluang pendapatan yang lebih baik. Sebab, menurutnya kondisi pasar kerja saat ini ditandai oleh masalah inefisiensi meski proses digitalisasi telah terjadi secara masif.
Proses rekrutmen tak jarang memakan waktu beberapa minggu sejak perusahaan mulai mempromosikan lowongan pekerjaan hingga menerima kandidat yang memenuhi syarat untuk diwawancarai.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Atma menghadirkan solusi produk dalam skala besar untuk mendefinisikan kembali proses pencarian kerja dan pengalaman pencarian kandidat yang ada.
“Para pencari kerja di segmen berpenghasilan menengah ke bawah menggambarkan pengalaman mencari kerja sebagai sesuatu yang membawa trauma emosional. Sedangkan perusahaan mendeskripsikan pengalaman mencari kandidat sebagai sesuatu proses yang random (random walk),” kata Edy.
Atma pun tengah membangun produk untuk mengubah pengalaman pencari dan pemberi kerja secara keseluruhan menggunakan prinsip first-principle. “Kemudahan, interaktivitas, sociability, personalisasi, dan gamifikasi akan menjadi elemen inti dari produk kami,” ujarnya.
Startup tersebut bertujuan membangun komunitas pencari kerja berpenghasilan menengah ke bawah terbesar dan teraktif. “Kita memasuki era teknologi berbasis komunitas ketika segala sesuatu yang dilakukan terpengaruh oleh individu ataupun sekelompok orang,” kata dia.
“Komunitas memberikan identitas, rasa memiliki, koneksi, dukungan dan pertumbuhan bagi para pencari kerja. Melalui komunitas, kami dapat memenangkan hati. Dengan begitu, kami dapat memenangkan pasar,” tambah dia.
Founder sekaligus Managing Partner AC Ventures Michael Soerijadji menyampaikan, ada lebih dari 100 juta pekerja aktif di kelompok berpenghasilan menengah ke bawah yang menghadapi inefisiensi signifikan dalam mencari pekerjaan yang tepat, sesuai dengan keahlian dan preferensi.
“Atma akan membantu pekerja dalam menemukan pekerjaan yang tepat dengan lebih mudah dan peluang pengembangan karier lewat sertifikasi atau pelatihan tambahan. Selain itu, membantu pemberi kerja melakukan seleksi pelamar dengan kualifikasi yang lebih relevan,” kata Michael.