Grab menambah insentif atau ‘bakar uang’ untuk mitra pengemudi, penjual, dan konsumen pada kuartal I. Namun kerugian decacorn ini berkurang.
Kerugian Grab turun 35% secara tahunan (year on year/yoy) dari US$ 666 juta pada kuartal I 2021 menjadi US$ 435 juta (Rp 6,4 triliun). Padahal pendapatan hanya naik 6% yoy dari US$ 216 juta menjadi US$ 228 juta (Rp 3,34 triliun).
Namun, pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan turun 158% yoy dari negatif US$ 111 juta menjadi minus US$ 287 juta. “Ini karena biaya regional dan investasi insentif yang lebih tinggi” demikian dikutip dari siaran pers, akhir pekan lalu (19/5).
Insentif atau ‘bakar uang’ untuk mitra meningkat 55% yoy dari US$ 139 juta menjadi US$ 216 juta (Rp 3,2 triliun). Begitu juga untuk konsumen, melonjak 85% yoy dari US$ 186 juta menjadi US$ 344 juta (Rp 5 triliun).
Seiring dengan meningkatnya uang yang digelontorkan untuk insentif, nilai transaksi bruto (GMV) Grab pun meningkat 32% yoy dari US$ 3,64 miliar menjadi US$ 4,8 miliar (Rp 70,4 triliun).
Transaksi pengguna secara bulanan (MTU) juga naik 10% yoy mencapai 30,9 juta. Begitu pun pengeluaran rata-rata per pengguna, yang didefinisikan sebagai GMV per MTU, naik 19% menjadi US$ 155.
Grab mencatatkan peningkatan permintaan layanan berbagi tumpangan (ride hailing) seperti GrabBike dan GrabCar. Selain itu, pertumbuhan layanan keuangan hampir dua kali lipat perusahaan.
Decacorn Singapura itu pun memperkirakan pertumbuhan GMV selama tahun ini sekitar 30% - 35%. Sedangkan pendapatan diprediksi US$ 1,2 miliar - US$ 1,3 miliar.
“Hasil kuartal pertama adalah bukti ketahanan ekonomi Asia Tenggara saat kami melewati yang terburuk dari pembatasan mobilitas akibat pandemi corona,” kata Co-Founder sekaligus Group Chief Executive Officer Grab Anthony Tan.
“Kami optimistis bahwa bisnis akan terus menguat, karena semakin banyak negara yang hidup (berdampingan) dengan Covid-19,” tambah dia. “Lini mobilitas juga pulih dan kami berharap akan pulih secara bertahap karena pembatasan Covid semakin berkurang dan basis pengemudi aktif meningkat.”
Chief Financial Officer Grab Peter Oey menambahkan, perusahaan bakal berfokus untuk tumbuh secara berkelanjutan dengan disiplin pada permodalan. Grab juga akan mengoptimalkan basis biaya tetap dan mengurangi pengeluaran insentif saat pasar mulai rasional dari sisi harga.
“Kami percaya tindakan ini akan menempatkan kami di jalur untuk mencapai titik impas EBITDA yang disesuaikan segmen untuk layanan pengiriman pada akhir 2023,” kata Peter.
Namun, likuiditas kas Grab turun dari US$ 9 miliar pada 31 Desember 2021 menjadi US$ 8,2 miliar per 31 Maret. Ini terutama karena arus kas keluar bersih dari aktivitas operasi dan akuisisi Jaya Grocer.