Tahun ini, setidaknya ada tiga startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK karyawan yakni Tanihub, Zenius, dan LinkAja. Tahun lalu, ada dua perusahaan rintisan yang kesulitan membayar gaji pegawai.
Tanihub, Zenius, dan LinkAja melakukan penyesuaian bisnis. Alhasil, ada perubahan fungsi beberapa divisi yang berpengaruh juga terhadap pegawai di dalamnya.
Head of Corporate Secretary Group LinkAja Reka Sadewo mengatakan, PHK dilakukan perusahaan untuk penyesuaian bisnis. Startup ini berupaya memastikan pertumbuhan perusahaan yang sehat, positif dan optimal.
"Penyesuaian organisasi ini dilakukan atas dasar relevansi fungsi sumber daya manusia (SDM) pada kebutuhan dan fokus bisnis perusahaan saat ini," kata Reka kepada Katadata.co.id, Rabu (25/5).
Namun, LinkAja tidak memerinci jumlah karyawan yang terkena PHK. Perusahaan hanya menyebutkan bahwa PHK akan dilakukan dengan mengikuti aturan yang ada, termasuk hak pesangon.
"Semua rencana yang dilakukan tentunya mempertimbangkan dengan matang kepentingan seluruh stakeholder perusahaan, termasuk para karyawan," ujar Reka.
LinkAja juga memastikan, operasional bisnis tetap berjalan seperti biasa. "Apapun perubahan yang dilakukan dalam perusahaan tidak akan mempengaruhi kualitas layanan, serta komitmen untuk selalu memberikan yang terbaik kepada para pengguna," katanya.
Alasan tak jauh berbeda disampaikan oleh Zenius. Startup pendidikan ini melakukan PHK agar dapat beradaptasi dengan kondisi makro ekonomi yang dinamis dan memengaruhi industri.
“Kami melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan," kata Zenius Education dalam keterangan resmi yang diterima oleh Katadata.co.id, Selasa (24/5). Karyawan yang terkena dampak lebih dari 200 orang.
Perusahaan rintisan itu pun melakukan perubahan peran beberapa fungsi bisnis. Ini sebagai bagian dari optimalisasi dan efisiensi proses bisnis yang dijalankan.
"Setelah melalui evaluasi dan review peninjauan ulang komprehensif, Zenius mengumumkan bahwa lebih dari 200 dari karyawan harus meninggalkan perusahaan," ujar Zenius.
Walaupun sebenarnya, startup pendidikan itu sebenarnya merekrut banyak pekerja tahun lalu. Rinciannya sebagai berikut:
Pada Februari, TaniHub menghentikan operasional dua warehouse atau pergudangan yakni di Bandung dan Bali. Startup pertanian ini juga melakukan PHK karyawan.
Senior Corporate Communication Manager TaniHub Group Bhisma Adinaya menjelaskan, perusahaan ingin mempertajam fokus bisnis. Caranya, dengan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan Business to Business (B2B) seperti hotel, restoran, kafe, modern trade, general trade, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta mitra strategis.
“Nantinya, serapan hasil panen petani semakin membesar. Dengan demikian, kami menghentikan juga kegiatan berkaitan dengan Business to Costumer (B2C) atau yang melayani konsumen rumah tangga,” ujar Bhisma kepada Katadata.co.id, pada Februari (26/2).
Oleh karena itu, perusahaan melakukan PHK karyawan. “Terkait dengan penajaman fokus bisnis ini, memang ada pegawai di dalamnya yang terkena dampak,” kata dia.
TaniHub Group memiliki layanan TaniHub e-commerce, TaniSupply, dan teknologi finansial pinjaman (fintech lending) TaniFund.
Startup pertanian ini mencatatkan peningkatan pendapatan kotor 639% secara tahunan (year on year/yoy) pada 2020. Hal itu karena permintaan layanan meningkat selama pandemi corona, khususnya dari konsumen rumah tangga atau B2C.
Namun kemudian, TaniHub memutuskan untuk melepas bisnis B2C.
Selain ketiga startup tersebut, ada dua perusahaan rintisan yang kesulitan membayar gaji pekerja yakni UangTeman dan Fabelio. Bahkan, Otoritas Jasa Keuangan atau OJK telah mencabut izin usaha fintech lending UangTeman.
UangTeman disebut-sebut belum membayarkan gaji dan pajak penghasilan alias PPh karyawan sejak akhir 2020. Asuransi ketenagakerjaan dan kesehatan pun belum dibayarkan.
Startup di bidang furnitur Fabelio juga disebut-sebut belum membayarkan gaji karyawan sejak September 2021. Pengguna Change.org atas nama karyawan pun membuat petisi di Change.org.
“Saya sudah lama bekerja di Fabelio di level 5. Terakhir saya mendapatkan gaji pada September. Itu pun hanya 75%,” demikian dikutip dari laman Change.org atas nama karyawan Fabelio.
Ia menyampaikan, gaji karyawan level 5 sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 7 juta per bulan. “Kami ingin menuntut hak kami. Kami ragu bisa melakukan audiensi dengan Fabelio secara langsung, mengingat level karyawan saya ada di level 5,” katanya.
Oleh karena itu, ia membuat petisi untuk meminta Fabelio membayarkan gaji karyawan dan vendor.
Pada fitur komentar, pengguna lain menambahkan bahwa Fabelio juga belum membayarkan sebagian tunjangan hari raya (THR) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan.
Pada awal pandemi corona, startup Sorabel, Eatsy, Stoqo, Hooq, dan Airy Rooms juga menutup layanan. Selain itu, perusahaan sejenis Hooq yakni iFlix mengalami kesulitan dari sisi keuangan di tengah pandemi Covid-19.
Pada 2020, beberapa unicorn dan decacorn seperti Gojek, Traveloka, dan Grab juga melakukan PHK pegawai.