Startup penyedia platform kebutuhan pokok, Brambang menutup layanan groceries mulai hari ini. Perusahaan rintisan ini beralih ke produk elektronik.
“Kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti pada Jumat (27/5) Pukul 19.00 WIB,” kata Brambang melalui akun Instagram @brambangdotcom, Kamis (26/5). Perusahaan akan memproses pesanan dan keluhan hingga Sabtu (28/5).
Brambang akan beralih menjadi marketplace smartphone dan elektronik. Perusahaan pun membuat akun Instagram baru yakni @brambangelektronik.
“Follow @brambangelektronik untuk informasi penawaran terbaru dan silahkan download aplikasi Brambang terbaru di Google Play Store,” kata perusahaan.
Akun Instagram @brambangeletronik sudah mengunggah konten sejak bulan lalu (14/4). Sudah ada 20 postingan per Kamis malam (26/5).
Unggahan itu berupa gambar ponsel berikut dengan caption berisi spesifikasi gawai.
Sedangkan akun Instagram @brambangdotcom terakhir kali mengunggah konten pada Februari (9/2). Kemudian perusahaan mengumumkan untuk menutup layanan groceries.
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, Brambang pun terakhir kali mengirimkan pesan promosi melalui email pada Februari.
Padahal, sektor e-groceries diminati oleh konglomerat di Indonesia. Anak usaha CT Corps, PT Trans Retail Indonesia (Transmart) dan PT Bukalapak.com Tbk membentuk usaha patungan atau joint venture berupa e-commerce bidang makanan segar dan kebutuhan sehari-hari AlloFresh.
Chairman CT Corps Chairul Tanjung mengatakan, perusahaan akan menggenggam 55% saham e-commerce tersebut. Sedangkan Bukalapak 45%.
Kemudian Blibli yang didukung Grup Djarum juga berinvestasi di perusahaan ritel modern Ranch Market. E-commerce ini mengakuisisi 51% saham Ranch Market, dengan nilai transaksi pengambilalihan Rp 2,03 triliun.
Grup Djarum juga masuk ekosistem penyedia produk segar secara tidak langsung melalui Gojek. Grup Djarum menjadi salah satu investor Gojek sejak 2018.
Gojek memimpin putaran pendanaan seri A startup social commerce Segari melalui GoVentures bulan lalu. Nilai investasinya US$ 16 juta atau Rp 226,8 miliar.
Segari menawarkan layanan penyederhanaan rantai distribusi kebutuhan pokok melalui skema bisnis social commerce.
Startup yang berdiri tahun lalu itu menjaring mitra petani dari Jawa dan Sumatera. Perusahaan rintisan itu memanfaatkan desentralisasi gudang dalam menyediakan layanan.
Lalu, Astra International berinvestasi di startup penyedia produk segar Sayurbox US$ 5 juta atau sekitar Rp 72 miliar. Sayurbox merupakan e-commerce grocery farm-to-table.
Hasil panen dari petani dipasarkan melalui Sayurbox, dan dikategorisasi berdasarkan kualitasnya seperti imperfect product, grade a, b, dan c.
Grup Ciputra juga menggelontorkan US$ 500 ribu atau setara Rp 7,12 miliar kepada Sayurbox. Investasi ini melalui emiten teknologi, Metrodata Electronics.
Kedua perusahaan menandatangani perjanjian investasi yang di dalamnya disebutkan bahwa perusahaan akan memperoleh saham di Sayurbox dalam kurun waktu tertentu. Jumlah dan persentase saham akan didasarkan pada formula perhitungan yang diatur dalam perjanjian investasi tersebut.
Lalu, Triputra Group dan Multi Persada Nusantara terlibat dalam putaran pendanaan startup penyedia produk segar Kedai Sayur US$ 4 juta atau Rp 57 miliar sejak 2019. Kedai Sayur menawarkan solusi inklusi teknologi bagi tukang sayur.
Perusahaan mendesain model bisnis tukang sayur dan mengakomodasi ekosistem petani sayur.
Kemudian, Grab menjalin aliansi usaha dengan gerai ritel milik Grup Lippo, Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Kerja sama ini untuk memperluas bisnis omni-channel Matahari.
Melalui kolaborasi itu, Matahari bisa membuat toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo dan Hyfresh pada fitur GrabMart. Dengan begitu, konsumen Grab dapat berbelanja bahan pokok, produk segar hingga kebutuhan rumah tangga dalam satu aplikasi.
Ada juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Telkom yang masuk melalui MDI Ventures. Perusahaan modal ventura ini memimpin pendanaan ke startup pertanian TaniHub Group US$ 65,5 juta atau sekitar Rp 942 miliar pada Mei.