Orang terkaya di dunia versi Forbes, Elon Musk menyampaikan bahwa dampak invasi Rusia ke Ukraina terhadap rantai pasokan sebenarnya baik. Padahal, kondisi ini membuat likuiditas mengering, sehingga startup kesulitan mendapatkan pendanaan.

“Ini sebenarnya hal yang baik,” kata CEO Tesla itu saat menanggapi pertanyaan dari pengguna Twitter dikutip dari The Edge Market, Rabu (1/6).

“Sudah terlalu lama uang menghujani orang bodoh. Beberapa kebangkrutan pun terjadi,” tambah dia.

Elon Musk juga menyoroti soal sejumlah perusahaan yang menerapkan sistem bekerja dari rumah alias work from home (WFH) selama pandemi corona. “Semua hal tentang Covid-19, tinggal di rumah telah menipu orang untuk berpikir bahwa Anda sebenarnya tidak perlu bekerja keras,” ujarnya.

Pendiri SpaceX itu pun dikabarkan membuat memo untuk para pekerja. Isi memo ini disebut-sebut memberi pilihan kepada pegawai untuk bekerja di kantor alias work from office (WFO) atau mengundurkan diri.

"Siapa pun yang ingin melakukan pekerjaan jarak jauh harus berada di kantor minimal 40 jam per minggu atau meninggalkan Tesla," demikian isi memo yang beredar di media sosial, dikutip dari Reuters, Rabu (1/6).

Elon Musk tidak mengonfirmasi kebenaran memo tersebut. Ia hanya menyampaikan, “mereka harus berpura-pura bekerja di tempat lain,” kata dia melalui Twitter.

Di satu sisi, Investor dari kalangan modal ventura akan lebih selektif dalam mendanai startup, karena mempertimbangkan kondisi ekonomi global. CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, investor kini mengurangi porsi pendanaan ke startup karena likuiditas berkurang, terutama penanam modal luar negeri.

Sedangkan pengetatan likuiditas terjadi karena dua faktor, yakni:

  • Kebijakan moneter bank sentral di banyak negara
  • Perang Rusia dan Ukraina yang berpengaruh terhadap suplai

Dia memperkirakan, pengetatan likuiditas itu terjadi dalam satu sampai dua tahun. “Saya tidak tahu juga. Ini perkiraan saja,” ujar Eddi kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu (27/5).

Meski begitu, investor akan tetap berinvestasi di startup. Menurutnya, ada banyak sektor yang menarik untuk dilirik, seperti e-commerce, teknologi finansial (fintech), kuliner (foodtech), kesehatan (healthtech), atau pendidikan (edutech).

Namun, setiap investor, terutama modal ventura memiliki mandat yang berbeda. Ada yang berfokus mendanai startup fintech. Ada juga yang terbuka untuk semua sektor.

Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, kondisi ekonomi global membawa sentimen negatif bagi pendanaan startup, termasuk di Indonesia.

Meski begitu, investasi akan tetap ada, namun menyesuaikan fundamental startup dan potensi pasar yang menjanjikan.

Ia juga memperkirakan, tren penurunan pendanaan startup berlangsung maksimal dua tahun. “Sentimen bisa berpengaruh sesaat dan tergantung situasi,” kata Edward.

Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan