Startup di beberapa negara, termasuk Indonesia, marak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Meski begitu, sejumlah investor tetap optimistis dengan perkembangan perusahaan rintisan di Tanah Air.
Forbes menyebutkan, startup adalah perusahaan baru yang didirikan mengembangkan produk atau layanan unik. Kemudian membawanya ke pasar dan membuatnya tak tergantikan bagi pelanggan.
Berakar pada inovasi, startup bertujuan memperbaiki kekurangan produk yang sudah ada atau menciptakan kategori barang dan jasa yang sama sekali baru. “Itu sebabnya banyak startup yang dikenal di industri masing-masing sebagai ‘pengganggu’,” demikian dikutip dari Forbes, pada Februari (4/2).
Bagaimana Cara Kerja Startup?
Pada tingkat tinggi, startup bekerja seperti perusahaan lain. Sekelompok karyawan bekerja sama menciptakan produk.
Namun, yang membedakan startup dari bisnis lain adalah cara mereka melakukannya.
Perusahaan biasa menduplikasi apa yang telah dilakukan sebelumnya. Misalnya, calon pemilik restoran dapat mewaralabakan restoran yang sudah ada.
Itu artinya, mereka bekerja dari template yang sudah ada tentang bagaimana bisnis seharusnya bekerja.
Sedangkan startup membuat template yang sama sekali baru. Dalam industri makanan misalnya, Gojek, Grab hingga Yummy membuat restoran yang hanya melayani pemesanan online atau dikenal dengan cloud kitchen.
Ada faktor kunci lain yang membedakan startup dengan perusahaan lain, yakni kecepatan dan pertumbuhan. Perusahaan rintisan bertujuan membangun ide dengan sangat cepat.
Mereka sering melakukan hal itu melalui proses yang disebut iterasi. Startup terus meningkatkan produk melalui umpan balik (feed back) dan data penggunaan.
Seringkali, startup memulai dengan kerangka dasar produk yang disebut produk minimal yang layak atau minimum viable product (MVP) yang akan diuji dan direvisi hingga siap dipasarkan.
Startup memiliki risiko besar ketika baru meluncurkan produk pertama. Produk mereka belum tentu diterima masyarakat, meskipun telah dibuat lengkap dengan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, strategi MVP biasa diterapkan oleh mereka.
Untuk meningkatkan produk, perusahaan rintisan umumnya memperluas basis pelanggan dengan cepat. Ini membantu mereka membangun pangsa pasar yang semakin besar.
Pada akhirnya, langkah itu memungkinkan mereka mengumpulkan lebih banyak uang dari investor. Dana segar ini mereka gunakan untuk mengembangkan produk dan menggaet lebih banyak konsumen.
Semua pertumbuhan dan inovasi yang cepat itu biasanya, secara implisit atau eksplisit, untuk mencapai tujuan akhir yakni pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO).
Ketika perusahaan membuka diri untuk investasi publik atau IPO, ini menciptakan peluang bagi investor terdahulu menguangkan dan menuai hasilnya. Konsep ini disebut exit strategy.
Bentuk exit strategy juga beragam. Selain IPO, bisa dengan merger atau akuisisi.
Bagaimana Startup Mendapatkan Pendanaan?
Startup umumnya mengumpulkan uang melalui beberapa putaran pendanaan. Rinciannya sebagai berikut:
- Babak penyisihan yang dikenal sebagai bootstrap. Ini terjadi ketika para pendiri, teman dan keluarga mereka berinvestasi dalam bisnis.
- Pendanaan awal dari investor malaikat atau angel investor. Mereka adalah individu-individu kaya raya yang berinvestasi di perusahaan tahap awal.
- Putaran pendanaan Seri A, B, C dan D. Penggalangan dana ini sebagian besar dipimpin oleh perusahaan modal ventura, yang menginvestasikan puluhan hingga ratusan juta dolar ke startup.
- Akhirnya, startup dapat memutuskan untuk IPO. Investor terdahulu pun dapat menjual saham mereka ketika perusahaan rintisan yang didukung melantai di bursa saham.
Dikutip dari laman resmi perusahaan modal ventura asal Spanyol, Cemex Ventures, ada enam tahapan bagi startup untuk sampai pada level exit.
Bagaimana Startup Bisa Sukses?
Forbes meramu hal-hal yang dibutuhkan agar startup sukses, sebagai berikut:
- Para pendiri harus tahu segalanya tentang ruang di mana mereka beroperasi
- Para pendiri harus bersedia meluangkan waktu. Sebab, karyawan startup tahap awal seringkali memiliki jadwal kerja yang padat.
- Memastikan produknya dibutuhkan oleh konsumen
- Ukuran pasar startup menentukan skala peluang. Pasar yang terlalu kecil dapat menyebabkan keuangan tidak cukup besar untuk bertahan.
“Jika perusahaan rintisan mampu menjawab semua pertanyaan ini, mungkin akan ada peluang untuk menjadi bagian dari 10% perusahaan tahap awal yang bertahan,” demikian dikutip.
Cara Berinvestasi di Startup
Untuk mendapatkan akses ke startup tahap awal, Anda harus menjadi investor terakreditasi. Artinya, Anda memiliki penghasilan tahunan minimal US$ 200 ribu atau kekayaan bersih, tidak termasuk tempat tinggal utama, setidaknya US$ 1 juta.
Anda juga mungkin dapat mengklaim status investor terakreditasi, terlepas dari pendapatan atau kekayaan bersih, jika Anda bekerja sebagai penasihat investasi terdaftar.
Bisa juga berinvestasi di situs crowdfunding seperti WeFunder atau Seedinvest. Platform ini memungkinkan siapa saja memberikan sejumlah kecil uang kepada startup.