Pendanaan ke Startup Seret, Target 25 Unicorn pada 2025 Bisa Tercapai?
Investor semakin berhati-hati dalam memberikan pendanaan kepada startup. Sedangkan Indonesia menargetkan 25 unicorn atau perusahaan rintisan dengan valuasi di atas US$ 1 miliar.
Berdasarkan data CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies', Indonesia mencatatkan lima unicorn baru tahun lalu yaitu J&T Express, OnlinePajak, Ajaib, Xendit, dan Kopi Kenangan.
Nama OnlinePajak sempat masuk lis CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies', tetapi belakangan menghilang.
Selain itu, ada tiga startup yang mengklaim atau dikabarkan memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar yakni Blibli, Tiket.com, dan Kredivo.
Indonesia juga memiliki dua decacorn yakni J&T Express dan Gojek.
Sedangkan DailySocial.id mencatat ada delapan unicorn baru Indonesia tahun lalu. Mereka yakni JD.ID, Blibli, Tiket.com, J&T Express, Kredivo, Ajaib, Xendit, dan Kopi Kenangan.
Dengan begitu, Indonesia total memiliki 12 unicorn, termasuk Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO. Selain itu, satu decacorn yakni Gojek.
Itu artinya, tersisa 13 lagi untuk mencapai target 25 unicorn pada 2025. Salah satu cara pemerintah mendorong terciptanya lebih banyak startup jumbo yakni Next Indonesia Unicorn (Nexticorn).
Program itu mempertemukan investor dan startup. Pada tahun ini, setidaknya ada 99 investor yang akan hadir dalam acara Nexticorn.
Beberapa nama investor yang mengonfirmasi akan hadir yakni Sequoia, Temasek, Beenext, Vertex Venture, dan SoftBank Venture Asia.
Managing Partner Strategy and Transactions Ernst & Young Indonesia David Rimbo menyampaikan, proses seleksi startup yang berpartisipasi dalam Nexticorn diperketat. Perusahaan rintisan akan ditinjau dari sisi model bisnis, penawaran produk, dan profitabilitasnya.
“Sekarang (industri ini) mengalami adjust misalnya, saham rontok, lalu 20 besar startup dunia PHK,” kata David saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (24/6). “Jadi, kurasi ini akan menghasilkan end research.”
Startup-startup terpilih itu yang kemudian akan dipertemukan dengan para investor. Harapannya, ada banyak penanam modal tertarik menyuntikan dananya ke perusahaan rintisan Indonesia.
Proses seleksi itu dilakukan di tengah sikap para investor yang berhati-hati. CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengungkapkan penyebabnya, yaitu:
- Kebijakan moneter bank sentral di banyak negara
- Perang Rusia dan Ukraina yang berpengaruh terhadap suplai
Menurutnya, tren pendanaan ke perusahaan rintisan berubah.
"Startup yang diminati bukan lagi yang jor-joran ‘bakar uang’, tapi yang punya profitabilitas," ujarnya kepada Katadata.co.id, pada Mei (23/5). “Kami jauh lebih selektif.”
Selain itu, valuasi perusahaan rintisan akan lebih rasional. Berdasarkan data YCharts, kapitalisasi pasar induk Shopee, Sea Group US$ 43,77 miliar hari ini (24/6). Nilainya turun drastis dibandingkan Oktober 2021 sekitar US$ 200 miliar.
Kapitalisasi pasar Grab juga anjlok dari sekitar US$ 40 miliar menjadi US$ 10,5 miliar hari ini. Penurunan ini mengancam status decacorn Grab.
Decacorn merupakan sebutan bagi startup dengan valuasi di atas US$ 10 miliar.
Meski begitu, Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan, potensi unicorn akan tetap sama. "Sebab, ukuran dari startup ditentukan dari besarnya pasar suatu sektor," katanya, Jumat (24/6).
“Dan rata-rata sektor yang dituju para startup tidak langsung terpengaruh kondisi makro ekonomi global,” tambah dia.
Menurutnya, startup yang berada di jalur dan model bisnis yang tepat, masih berpeluang menjadi unicorn baru Tanah Air. "Setiap sektor punya cara dalam menilai pasarnya masing-masing," katanya.