Ekonomi syariah Indonesia tertinggal dibandingkan Malaysia, meskipun potensi pasar di dalam negeri besar. Pemerintah pun mendorong pelaku usaha, seperti startup merambah pasar ini.
Besarnya potensi ekonomi syariah terlihat dari jumlah penduduk Muslim dewasa Indonesia yang diperkirakan 184 juta pada 2025. Sebanyak 50% di antaranya kalangan menengah atas.
Namun, ekonomi syariah Indonesia menempati peringkat empat dunia dengan skor Indikator Ekonomi Islam Global atau Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 91,2. Indonesia di bawah Malaysia (290,2), Arab Saudi (155,1), dan Uni Emirat Arab (133).
Deputi Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Muhammad Neil El Himam mengatakan, Indonesia tertinggal dari Malaysia dalam memanfaatkan potensi ekonomi syariah. Pelaku usaha juga belum banyak yang menyasar pasar ini.
"Padahal banyak peluang di sana. Tapi, belum ada yang komprehensif masuk," kata Neil dalam konferensi pers virtual, Kamis (7/7).
Ia mendorong pelaku usaha seperti startup menyasar potensi ekonomi syariah. "Platform harus melihat potensi ini. Sertifikasi halal saja sudah punya nilai sendiri. Belum lagi transaksi produk syariah akan banyak," katanya.
Ada sejumlah upaya yang bisa mendorong peningkatan ekonomi syariah Indonesia. Misalnya, marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak membuat kanal atau produk halal.
Kemudian, platform terkait pariwisata bisa membuat produk wisata halal. "Di luar negeri saja banyak wisata religi," katanya.
Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi & UKM (Kemenkop UKM) Eddy Satriya mengatakan, kementerian telah bekerja sama dengan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah untuk mendorong marketplace Indonesia mendukung produk halal.
"Ini agar bisa memaksimalkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ke ekonomi syariah," katanya.
Selain itu, kementerian membantu dari sisi pengembangan dana syariah dan perluasan pengembangan usaha syariah. "Kami fasilitasi kredit syariah. Secara total, sudah tersalurkan Rp 7 triliun dana Kredit Usaha Rakyat (KUR)," ujarnya.
Sejumlah startup Indonesia telah menyasar pasar ekonomi syariah. Tokopedia dan Bukalapak misalnya, menyediakan laman khusus produk halal, zakat dan investasi reksa dana.
Di bidang teknologi finansial (fintech), LinkAja bekerja sama dengan bank syariah sebagai tempat menyimpan uang para penggunanya. Mereka pun hanya akan mendapatkan cashback dari penjual atau pedagang.
Kemudian, Investree, ALAMI, Ammana, Qazwa, Syarfi, dan lain-lain yang bergerak di bidang peminjaman memberikan layanan pembiayaan bebas bunga bagi peminjam.