Startup Marak PHK, Investor: Tidak Ada ‘Musim Dingin’ di Indonesia

Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.
Penulis: Lenny Septiani
15/9/2022, 14.31 WIB

Startup di Indonesia masif melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) awal tahun ini. Namun, investor dari kalangan modal ventura East Ventures menilai, tidak ada ‘musim dingin’ di Tanah Air.

Setidaknya ada tujuh startup yang mengonfirmasi telah melakukan PHK per awal Juli. Mereka adalah TaniHub, Zenius, LinkAja, Pahamify, JD.ID, Mobile Premier League (MPL), dan Lummo.

Zenius bahkan melakukan PHK dua kali awal tahun ini. Meski begitu, "tidak ada ‘musim dingin’ di Indonesia. Ini siklus," kata Partner East Ventures Melisa Irene dalam acara Roundtable: What Lical Startup and Investors Should Think About 2022 and Beyond, Kamis (15/9).

Menurut Melisa, ekonomi Indonesia dalam situasi yang baik. "Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih bertumbuh, kondisi makro baik, dan daya beli konsumen cukup baik," katanya.

Oleh karena itu, ia optimistis dana dari investor masih akan masuk ke Nusantara. Namun, penanam modal selektif dalam menyalurkan dananya.

Sepengetahuannya, semua investor berpikir untuk berinvestasi kepada startup yang benar-benar bagus dan menunjukkan peningkatan kinerja. Sebab, perusahaan seperti ini akan bertahan.

Hal senada disampaikan oleh Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro pada Agustus. “Berkurangnya likuiditas menyebabkan investor lebih selektif untuk berinvestasi ke startup,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, bulan lalu (5/8).

Pengetatan likuiditas terjadi karena dua faktor, yakni:

  1. Kebijakan moneter bank sentral di banyak negara
  2. Perang Rusia dan Ukraina yang berpengaruh terhadap suplai

Oleh karena itu, menurutnya startup harus mengambil langkah untuk menghemat dana yang dimiliki. “Dengan cara efisiensi, termasuk PHK,” tambah dia. “Investor apresiasi pendiri yang berani mengambil langkah untuk bertahan.”

Sedangkan Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengungkapkan tiga penyebab startup PHK, yaitu:

  1. Perubahan atau pivot ke bisnis model baru sehingga komposisi tim berubah
  2. Performa karyawan tidak sesuai dengan yang diharapkan, salah menyasar pasar, salah produk, salah promosi, dan lainnya “Ini bisa terjadi ke startup mana pun,” ujar Edward kepada Katadata.co.id, bulan lalu (5/8).
  3. Proyeksi kondisi winter dari sisi investasi dan runway belum masuk dalam proyeksi arus kas (cashflow)

“Ini biasanya terjadi pada startup yang sudah lebih besar,” katanya. Runway adalah waktu yang dimiliki oleh perusahaan rintisan sebelum kehabisan uang.

Managing Partner Impactto.io Italo Gani menambahkan, pandemi covid-19 membuat akselerasi digital terjadi sangat cepat. Hal ini membuat banyak startup untung, termasuk ketujuh perusahaan rintisan yang melakukan PHK tahun ini.

Mereka pun agresif merekrut pekerja guna memenuhi kebutuhan konsumen. Namun, transaksi mulai menurun ketika kasus positif virus corona berkurang dan aktivitas di luar rumah kembali meningkat.

“Pandemi Covid-19 ini juga cukup lama ada gelombangnya dan itu mungkin yang terbawa pada beberapa startup yang tidak membuat perencanaan dengan baik, sehingga terjadilah PHK,” ujar dia.

Faktor lainnya yakni krisis ekonomi dunia yang berdampak terhadap startup. “Dulu mereka willing to take more risk. Tapi dengan krisis ekonomi, tentunya akan disesuaikan risikonya,” kata Italo.

Meski begitu, menurutnya dampak kondisi tersebut ke Indonesia belum signifikan. “Indonesia lumayan sustainable dan fundamental,” katanya. “Malah ada kemungkinan orang akan lebih berinvestasi ke sini, karena di tempat lain tidak menarik.”

Reporter: Lenny Septiani