RI Alami ‘Investor Winter’ Bukan ‘Tech Winter’, Startup Harus Apa?

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).
Penulis: Lenny Septiani
15/9/2022, 15.00 WIB

Investor dan startup menilai bahwa sektor digital Indonesia tidak mengalami musim dingin. Namun, mereka memahami ada situasi yang disebut ‘investor winter’ atau ‘musim dingin investor’.

Di Indonesia, setidaknya ada tujuh startup yang mengonfirmasi telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) per awal Juli. Mereka adalah TaniHub, Zenius, LinkAja, Pahamify, JD.ID, Mobile Premier League (MPL), dan Lummo.

Zenius bahkan melakukan PHK dua kali awal tahun ini. Meski begitu, "tidak ada ‘musim dingin’ di Indonesia. Ini siklus," kata Partner East Ventures Melisa Irene dalam acara Roundtable: What Lical Startup and Investors Should Think About 2022 and Beyond, Kamis (15/9).

Menurut Melisa, ekonomi Indonesia dalam situasi yang baik. "Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih bertumbuh, kondisi makro baik, dan daya beli konsumen cukup baik," katanya.

Oleh karena itu, ia optimistis dana dari investor masih akan masuk ke Nusantara. Namun, penanam modal selektif dalam menyalurkan dananya.

Sepengetahuannya, semua investor berpikir untuk berinvestasi kepada startup yang benar-benar bagus dan menunjukkan peningkatan kinerja. Sebab, perusahaan seperti ini akan bertahan.

Hal senada disampaikan oleh Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro pada Agustus. “Berkurangnya likuiditas menyebabkan investor lebih selektif untuk berinvestasi ke startup,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, bulan lalu (5/8).

Pengetatan likuiditas terjadi karena dua faktor, yakni:

  1. Kebijakan moneter bank sentral di banyak negara
  2. Perang Rusia dan Ukraina yang berpengaruh terhadap suplai

Oleh karena itu, muncul istilah ‘investor winter’.

Apa yang Harus Dilakukan Startup saat Investor Winter?

Menurut Eddi, startup harus mengambil langkah untuk menghemat dana yang dimiliki. “Dengan cara efisiensi, termasuk PHK,” kata dia. “Investor apresiasi pendiri yang berani mengambil langkah untuk bertahan.”

Co-Founder sekaligus CEO DANA Indonesia Vince Iswara mengatakan, tidak ada 'tech winter' melainkan 'investor winter'. Menurutnya, startup harus berfokus mengatasi persoalan di dalam perusahaan.

"Harus benar paham atas apa yang dikerjakan," kata Vince dalam acara Roundtable: What Lical Startup and Investors Should Think About 2022 and Beyond, Kamis (15/9). "Perhatikan kembali nilai inti bisnis, pengguna atau customer, serta potensi pasar."

Pemimpin startup juga harus memastikan dana yang digunakan dapat meningkatkan pertumbuhan bisnis. “Harus berfokus pada pada bisnis, seperti teknologi, nilai inti bisnis, sumber daya manusia, dan memahami pelanggan," katanya.

Vince juga membagikan tiga poin penting terkait membangun startup, yakni:

  1. Apakah benar-benar membutuhkan investor? Jika bisa membangun secara organik, maka utamakan hal tersebut
  2. Seorang founder harus memilah prioritas dan target yang ingin dicapai
  3. Mendapatkan investor yang tepat, yakni yang benar-benar memahami dan percaya pada bisnis yang akan dilakukan.

"Investor sangat peka terhadap pasar. Jadi tergantung pada pasar dan situasi," ujar Vince.

Sedangkan Co-Founder sekaligus CMO Tiket.com Gaery Undarsa mengatakan, bisnis pada dasarnya membuat nilai yang diinginkan konsumen. "Maka, perusahaan akan mendapat profit," katanya pada acara yang sama.

Gaery mengatakan, pendiri tidak perlu takut gagal. "Gagal jika tidak bisa menyelamatkan hal yang dibangun,” katanya.

Reporter: Lenny Septiani