Harga BBM Naik, Tantangan Startup Sayuran Makin Berat

Business Standard
Startup kebutuhan pokok
Penulis: Lenny Septiani
Editor: Yuliawati
19/9/2022, 16.55 WIB

Beberapa startup penyedia kebutuhan pokok seperti sayur dan buah-buahan dikabarkan menutup layanan hingga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Pemodal ventura menilai startup jenis ini menghadapi tantangan yang tak mudah, salah satunya kenaikan harga BBM. 

Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan bahwa startup sayuran menghadapi tiga tantangan. Tantangan tersebut yakni memastikan kesediaan supply (pasokan) barang, logistik yang handal, dan dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Kenaikan harga BBM meningkatkan biaya logistik yang kemudian berdampak pada kenaikan harga. Bila startup tak mampu menawarkan harga dan fasilitas yang menarik, bisa ditinggalkan konsumen. “Bisa-bisa konsumen beralih,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, Senin (19/9).

Bila startup sayuran berbisnis pada B2C dan early stage, maka mereka juga perlu promo atau ‘bakar uang’.

Namun, di sisi lain, saat ini para investor lebih berhati-hati dalam mengguyurkan modal. “Uang lebih terbatas karena investor makin selektif,” kata dia.

Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan bahwa kemungkinan tumbangnya startup sayuran dikarenakan model bisnis yang tidak cocok.

“Startup kan memang mencari model bisnis yang cocok,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (19/9).

Ia menyarankan para startup tersebut tetap fokus pada core value bisnisnya.

Meski banyak konglomerat berminat pada startup penyedia kebutuhan pokok seperti CT Corps hingga Grup Djarum, beberapa startup tersebut justru menutup layanan tokonya. Terbaru, Traveloka menutup layanan berbelanja bahan pokok di toko offline Traveloka Mart.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi dan prioritas unicorn Tanah Air itu. “Kami akan memberhentikan layanan Traveloka Mart sebagai bagian dari strategi dan prioritas perusahaan,” kata narasumber Traveloka kepada Katadata.co.id, Kamis (25/8).

Startup pariwisata atau online travel agent (OTA) itu menyampaikan bahwa perusahaan akan tetap berfokus pada karyawan, mitra, dan pengguna selama proses pemberhentian Traveloka Mart.

Sebelumnya, ada tiga startup sejenis yang menutup layanan toko offline, yakni Sayurbox, Tanihub, dan Brambang. Startup penyedia kebutuhan pokok seperti sayur dan buah-buahan, Sayurbox sebelumnya menutup toko offline Toko Panen bulan Juni.

Toko offline yang ditutup itu terletak di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Hal ini disampaikan melalui akun Instagram @panen.official pada Juni (16/6).

Sebelumnya, Sayurbox meraih pendanaan seri C lebih dari US$ 120 juta atau lebih dari Rp 1,7 triliun pada Maret. Investasi ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC).

Brambang menutup layanan pada Mei (27/5). Startup ini beralih menjadi marketplace smartphone dan elektronik.

Perusahaan pun membuat akun Instagram baru yakni @brambangelektronik. “Follow @brambangelektronik untuk informasi penawaran terbaru dan silahkan download aplikasi Brambang terbaru di Google Play Store,” kata Brambang melalui akun Instagram @brambangdotcom, pada Mei (26/5).

Pada Februari, TaniHub juga menghentikan operasional dua warehouse atau pergudangan yakni di Bandung dan Bali. Startup pertanian ini juga melakukan PHK.

Senior Corporate Communication Manager TaniHub Group Bhisma Adinaya menjelaskan, perusahaan ingin mempertajam fokus bisnis. Caranya, dengan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan Business to Business (B2B) seperti hotel, restoran, kafe, modern trade, general trade, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta mitra strategis.

Reporter: Lenny Septiani