Rupiah Tembus Rp 15.500 per US$, Ini Daftar Startup Terdampak

Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.
Penulis: Lenny Septiani
20/10/2022, 11.28 WIB

Rupiah melemah ke level Rp 15.574 per dolar Amerika Serikat (AS) per Pukul 10.52 WIB. Ekonom dan investor dari kalangan modal ventura menilai, kondisi ini akan berpengaruh ke startup di sejumlah sektor.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyampaikan, pelemahan rupiah membuat harga barang-barang impor naik. Hal ini dapat mengurangi minat belanja konsumen terhadap produk asal luar negeri.

Selain itu, pelemahan rupiah membuat beban operasional meningkat, terutama bagi startup yang memiliki cabang di negara lain atau mempunyai jumlah pekerja asing yang banyak. “Mereka perlu membayar operasional dalam mata uang asing,” kata Bhima kepada Katadata.co.id, Rabu (19/10).

Pelemahan rupiah juga dapat mengganggu proses pendanaan dari investor asing ke startup Tanah Air. “Sebab, pelemahan kurs mengindikasikan meningkatnya risiko investasi,” ujar dia.

Hal itu dapat mendorong investor meminta startup memperbaiki kinerja dan memastikan bisnis pada jalur menuju profit. Ini berarti, perusahaan rintisan berpotensi menggenjot efisiensi, termasuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK karyawan.

Dengan ketiga pertimbangan di atas, menurutnya setidaknya ada enam sektor startup yang terkena dampak pelemahan rupiah, di antaranya:

  1. E-commerce
  2. Logistik
  3. Jasa pariwisata alias online travel agent (OTA)
  4. Pendidikan
  5. Teknologi finansial (fintech)
  6. Perkebunan (agritech)

“Sebagian besar startup dengan model business to consumer (B2C) yang sensitif terhadap harga akan terkena imbas pelemahan kurs, terutama yang menawarkan mass product,” ujar dia.

Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani sepakat bahwa tingginya inflasi dan pelemahan rupiah akan mengurangi kemampuan konsumen membeli suatu produk.

“Berkurangnya spending power konsumen akan berpengaruh ke volume transaksi barang impor dan retail secara umum, berikut layanan turunannya,” ujar Edward.

Namun jika dilihat dari sektor hulu, para produsen khususnya pangsa pasar ekspor, akan diuntungkan. “Ini apabila pasar yang dituju, permintannya tetap ada,” tambah dia.

Berbeda dengan Bhima, menurutnya startup sektor pertanian dan penyedia bahan pokok bisa mengambil untung dari momentum pelemahan rupiah ini.

Reporter: Lenny Septiani