Diramal Kalah Pamor, Transaksi E-Commerce dan Ojek Online Rp 1.041 T

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta, Jumat (9/9/2022).
Penulis: Desy Setyowati
28/10/2022, 16.23 WIB

Tren pendirian startup di Indonesia diramal bukan lagi e-commerce dan ojek online. Padahal, transaksi kedua sektor itu diprediksi US$ 67 miliar atau sekitar Rp 1.041 triliun tahun ini.

Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy Southeast Asia 2022, transaksi taksi dan ojek online, serta pesan-antar makanan (food delivery) diprediksi US$ 8 miliar atau Rp 124,2 triliun tahun ini.

Sedangkan transaksi e-commerce diperkirakan US$ 59 miliar atau sekitar Rp 915,9 triliun. "E-commerce menjadi pendorong utama ekonomi digital Indonesia,” demikian dikutip dari laporan e-Conomy SEA 2022, Jumat (28/10).

Ekonomi digital Indonesia diperkirakan naik 22% secara tahunan (year on year/yoy) US$ 77 miliar atau sekitar Rp 1.198 triliun tahun ini.

Rincian transaksi dan proyeksi pertumbuhan layanan taksi dan ojek online, pesan-antar makanan, serta e-commerce di Indonesia dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:

Proyeksi transaksi taksi dan ojek online, serta e-commerce dalam US$ miliar (e-Conomy SEA 2022)

E-commerce dan layanan on-demand, termasuk ojek online menjadi dua sektor yang berkembang pesat di Indonesia. Namun perusahaan modal ventura East Ventures menilai, tren pendirian startup ke depan berfokus pada penyelesaian masalah yang spesifik.

“Ke depan yang maju sebenarnya bukan lagi mendirikan perusahaan e-commerce atau berbagi tumpangan (ride hailing),” kata East Ventures Principal Devina Halim dalam acara CEO on Stage Kompas dikutip dari siaran di YouTube, minggu lalu (18/10).

Menurutnya, vertikal bisnis startup ke depan berfokus pada upaya menyelesaikan masalah konsumen yang lebih spesifik. “Dan, mempunyai target pasar. Itu lebih targeted,” tambah dia.

Oleh sebab itu, East Ventures mulai masif memberikan pendanaan kepada startup yang menyediakan layanan seperti logistik rantai dingin Superkul dan Fresh Factory.

Selain itu, sektor startup berdampak sosial alias Environmental, Social and Governance (ESG) mulai ramai dibicarakan. Hal ini sejalan dengan munculnya beragam perusahaan rintisan yang berfokus mengatasi perubahan iklim, seperti penyedia motor listrik maupun pengelola sampah.

“Jadi, banyak startup dengan model bisnis baru yang memanfaatkan prioritas platform horizontal yang ada, dengan cara yang lebih spesifik dan targeted,” kata Devina.

Reporter: Lenny Septiani