East Ventures mengungkapkan caranya sebagai investor dalam membantu pertumbuhan digitalisasi di Indonesia. Pertumbuhan tersebut tak hanya menyasar usaha di kota besar, namun hingga daerah yang terbelakang.
Sejak dua tahun lalu, East Ventures bekerja sama dengan Katadata Insight Center meluncurkan East Ventures Digital Competitiveness Index. Indeks tersebut akan memunculkan level digitalisasi dari setiap provinsi dan kota/kabupaten. Hasilnya dapat membantu semua stakeholder memetakan potensi digital startup.
"Kami bisa menggunakan itu sebagai tolak ukur, sudah cukup belum sih effort-nya, dan akan melakukan riset ini setiap tahun." ujar partner East Ventures Melisa Irene dalam acara Regional Summit 2022: Transformasi digital untuk pembangunan daerah berkelanjutan, Kamis (1/11).
Berbekal indeks ini, maka usaha rintisan yang didanai East Venture memiliki pegangan untuk penetrasi ke daerah. "Perusahaan teknologi kami semangati, kalau bisa yang sudah besar jangkaulah ke daerah-daerah yang belum," ujar Irene.
Ia mengatakan terdapat beberapa fintech yang saat ini memusatkan perhatiannya kepada Indonesia Timur. "Karena dianggap di daerah Jawa sudah cukup banyak perusahaan yang bersaing," jelasnya.
Berdasarkan portofolio East Ventures, Melisa mengatakan startup di bidang fintech lending masuk lewat universitas. Startup mengedukasi mahasiswa-mahasiswa tentang produk fintech lending serta peluang dan resikonya.
Tak hanya itu, startup kini mulai menyadari pentingnya prinsip keberlanjutan. investor dalam negeri juga sudah mulai berkomitmen dengan United Nation Sustainable Development Goals (UN SDGs).
"Mereka tidak mau terlibat dengan perusahaan yang dianggap tidak bertanggung jawab," kata Melisa.
Bahkan, East Ventures telah melakukan perjanjian dengan UN Principles for Responsible Investment (PRI). Tujuannya agar perusahaan yang didanai mau menerapkan standar yang berkelanjutan.
Resep Jadi Investor Startup
Dalam kesempatan tersebut, Melisa juga membagikan resep East Ventures untuk menemukan startup yang ideal dibiayai. Salah satu hal utama adalah karakter pemilik usaha rintisan tersebut.
"Kami cari founder-founder yang visioner, jujur, dan merasa bisa mendobrak pasar," katanya.
Ia juga menjelaskan prinsip utama investasi adalah bisa return kepada pemodal. Harapannya satu kali investasi bisa kembali 10 hingga ratusan kali lipat. Meski demikian, hubungan antara East Ventures dengan founder startup tidak sebatas komersil.
Pemilik startup biasanya juga mencari pemodal yang memiliki visi sama. "Banyak yang memilih investor berdasarkan kesamaan value," kata dia.