Startup di Indonesia marak melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK tahun ini. East Ventures menyarankan perusahaan rintisan tidak ‘bakar uang’ secara berlebihan.
Perusahaan modal ventura itu menyuntik 80 lebih startup selama Januari – September. East Ventures juga mencatatkan dana lanjutan perusahaan portofolio US$ 6,7 miliar.
“Harapannya perusahaan-perusahaan (startup) itu terus konsisten dan bakar uang tidak terlalu berlebihan,” kata Partner East Ventures Melisa Irene dalam Open Book East Ventures di Jakarta, Senin (5/12).
Ia pun menyampaikan ada perubahan pertimbangan oleh investor dalam berinvestasi ke startup. “Misalnya, dulu dinilai berdasarkan nilai transaksi atau Gross Merchandise Value (GMV) saja. Ke depan, akan dilihat juga keuntungannya,” kata dia.
Dewasa ini, bisnis yang berkelanjutan menjadi poin tambahan bagi investor dalam menilai startup yang akan didanai.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro. Ia mengatakan, investor semakin selektif berinvestasi di startup.
Mereka mencari perusahaan rintisan yang berfokus mendapatkan profitabilitas.
“Mencari yang bisa mengelola cash flow, tidak terlalu bakar uang," kata Eddi kepada Katadata.co.id, pada September (21/9). "Dan ada pada jalur untuk mencapai profit.”
Eddi menilai, startup harus mengambil langkah untuk menghemat dana yang dimiliki. Hal ini karena investor semakin selektif memberikan pendanaan.
“Dengan cara efisiensi, termasuk PHK,” kata Eddy. “Investor apresiasi pendiri yang berani mengambil langkah untuk bertahan.”