Startup Dinilai Lebih Tangguh Ketimbang Bisnis Tekstil meski Marak PHK

Kominfo
Acara Milestone Day Startup Studio Indonesia
Penulis: Lenny Septiani
13/12/2022, 18.55 WIB

Startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK di Indonesia terus bertambah. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menilai, perusahaan rintisan lebih resilience atau tangguh ketimbang sektor lain yang juga memangkas jumlah pekerja, seperti tekstil.

“Sektor teknologi PHK kurang lebih 10 ribu tapi kalau sektor tekstil hampir 100 ribu," kata Digital Startup Coordinator Kominfo Sony Hendra Sudaryana dalam konferensi pers Milestone Day Startup Studio, Selasa (13/12).

Namun ia menyampaikan, pendiri startup harus pandai menganalisis tren di luar sektor bisnisnya. "Itu harus bisa diprediksi karena tahu puncak dan kebutuhan itu penting as a founder," katanya.

Ia mencontohkan, pendiri startup harus pandai membaca layanan yang diminati selama pandemi corona. Selain itu, mesti memperkirakan kapan tren akan berkurang.

Startup juga harus dipandai menilai teknologi apa yang sedang tren dan bisa meningkatkan efisiensi.

Pada kesempatan berbeda, Menteri Kominfo Johnny G Plate meminta pelaku startup memperhatikan tiga hal dalam menghadapi potensi resesi ekonomi, yakni:

  1. Keberpihakan pada produk dalam negeri atau UMKM
  2. Efisiensi tanpa melakukan PHK
  3. Mengedepankan model usaha yang mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi pasar

Ia memperkirakan, tren startup PHK bisa berlanjut. Oleh karena itu, para pelaku industri digital diminta untuk mencari solusi.

“Fokus dan cermat mencari jalan pada internal masing-masing untuk efisiensi. Jangan sampai terlalu mudah melakukan PHK. PHK bisa menyelesaikan satu masalah, tapi sekaligus membuat masalah baru,” ujar Johnny saat membuka Forum Ekonomi Digital Kominfo V di Jakarta, pekan lalu (1/12).

Ia juga meminta pendiri startup berkolaborasi multipihak agar dapat bertahan. “Memanfaatkan sumber pembiayaan yang ada dengan baik. Kalau tidak, maka akan terjadi capital outflow atau flight capital,” katanya.

Sedangkan Ketua Asosiasi e-Commerce Indonesia (IdEA) Bima Laga menambahkan, secara garis besar dari kacamata industri, PHK massal startup bukan karena penurunan bisnis, melainkan rasionalisasi.

“Hasil studi Google Temasek memproyeksikan startup di Indonesia masih akan tumbuh dan berkembang tahun depan,” tambah dia.

Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menilai, efisiensi merupakan hal biasa yang dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi beban perusahaan. Namun tidak harus melakukan PHK.

Cara lain efisiensi yakni bisa dengan mengurangi biaya pemasaran dan research and development, mengurangi gaji direksi, atau para pendiri tidak menerima kompensasi.

“Langkah PHK dinilai paling murah dan mudah bagi bisnis karena dapat mencari alternatif baru yang lebih murah. Seharusnya bisa dihindari,” ujar Tauhid.

Reporter: Lenny Septiani