Startup kesehatan mental Riliv mengalami lonjakan permintaan konsultasi online hingga 800% pasca-pandemi corona. Hal ini dinilai sebagai pertanda  semakin banyak orang yang menyadari pentingnya kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup, baik secara fisik maupun mental.

"Mereka sudah merasa nyaman dengan konsultasi online," kata Co-Founder Riliv Audrey Maximillian Herlidalam keterangan pers, Rabu (24/5). "Maka, preferensi sistem online masih ada.”

Perusahaan mencatat lebih dari 900 ribu orang mengunduh aplikasi Riliv. Selain itu, lebih dari 100 psikolog profesional bergabung dengan startup ini.

Riliv mencatat ada tiga fitur favorit di aplikasi yakni konseling, jurnal, dan meditasi untuk pengguna individu maupun karyawan perusahaan.

Menurut Maxi, pandemi Covid-19 membuat orang-orang mengalami kecemasan, depresi, trauma, atau sindrom psikologis lainnya. Di sisi lain, kebangkitan pendidikan dan tingkat ekonomi di Indonesia meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental dan menghilangkan stigma penyakit mental dari waktu ke waktu.

"Faktor-faktor ini memainkan peran penting dalam membentuk kesiapan pasar untuk menormalkan penerapan layanan kesehatan mental," ujarnya.

Meski kesadaran kesehatan mental meningkat, fasilitas medis dan psikologis dinilai belum mencukupi untuk menangani permintaan yang terus meningkat.

Menurut Kementerian Kesehatan alias Kemenkes, hanya 50% dari 10.321 Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas yang menawarkan layanan kesehatan jiwa. Selain itu, empat provinsi masih kekurangan layanan kesehatan jiwa, dan hanya 40% rumah sakit umum yang memiliki fasilitas.

Rasio ketersediaan psikiater di Indonesia juga dinilai sangat tidak proporsional, yakni satu berbanding 227.000 orang. Angka ini jauh dari rasio ideal yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu satu berbanding 30.000 orang.

Selain itu, distribusi psikiater sangat terkonsentrasi di kota-kota di Pulau Jawa, sehingga akses layanan kesehatan jiwa tidak merata di seluruh negeri.

Untuk memperkuat jaringan kesehatan jiwa di Indonesia, pemerintah mendorong kolaborasi antara pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga swasta, organisasi profesi, komunitas, dan startup lainnya untuk mengembangkan pendekatan terpadu dalam upaya kesehatan jiwa.

“Kami bermimpi seluruh rakyat Indonesia harus sehat secara mental," katanya.

Ia berharap masyarakat Indonesia menganggap kesehatan mental layaknya kesehatan fisik. Selain itu, tidak ada lagi stigma bahwa orang yang berkonsultasi dengan psikolog aneh atau gila.

Menurutnya, akan lebih baik jika ada lebih banyak pemahaman tentang orang-orang dengan masalah kesehatan mental. Dengan begitu, lebih banyak orang bisa bahagia dan hidup bermakna bagi diri dan lingkungan.

East Ventures menjadi salah satu modal ventura yang mendukung startup kesehatan mental, termasuk Riliv. “Kami percaya menjaga kesehatan mental sama dengan menjaga kesehatan fisik," kata Operating Partner East Ventures David Fernando Audy.

 

Reporter: Lenny Septiani