Startup perikanan asal Indonesia, eFishery meraih pendanaan Seri D US$ 200 juta atau sekitar Rp 3 triliun. Pendanaan ini dipimpin oleh perusahaan manajemen investasi global asal Abu Dhabi, Uni Emirat Arab yakni 42XFund.

Investor lain yang berpartisipasi yakni perusahaan dana pensiun terbesar asal Malaysia Kumpulan Wang Persaraan (KWAP), manajemen aset asal Swiss responsibility atau rA, modal ventura multitahap 500 Global, dan beberapa penanam modal baru lainnya.

Investor awal seperti Northstar, Temasek, dan Softbank berpartisipasi dalam putaran pendanaan itu. 

Sementara itu, Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat pendanaan secara eksklusif.

Co-Founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan saat ini perikanan budidaya menjadi sektor dengan pertumbuhan tercepat di industri perikanan global. 

“Dukungan strategis yang kami terima dari para investor akan membantu eFishery merevolusi seluruh industri, melalui integrasi pembudidaya ikan dan petambak udang skala kecil dengan ekosistem eFishery yang mencakup seluruh value chain bisnis budidaya perikanan,” kata Gibran dalam keterangan pers, Jumat (7/7).

Gibran menyatakan pendanaan itu akan digunakan untuk pengembangan komunitas pembudidaya ikan dan petambak udang dari eFishery yang menargetkan lebih dari satu juta kolam budidaya di Indonesia pada 2025.

“eFishery juga akan memanfaatkan pendanaan untuk meningkatkan transaksi pakan ikan dan produk akuakultur segar di platform perusahaan,” ujar Gibran.

Pengembangan komunitas petambak sejalan dengan upaya eFishery untuk meningkatkan ekspor produk udang dalam negeri yang bebas kimia dan antibiotik, dapat ditelusuri sepenuhnya (traceable) ke pasar internasional, sekaligus mendekatkan konsumen dan petambak. 

Ekosistem terintegrasi eFishery meliputi:

  • Marketplace pakan ikan dan udang
  • Platform penjualan produk ikan dan udang segar secara B2B atau Business to Business
  • Akses keuangan bagi pembudidaya ikan

eFishery mencatat ekosistem perusahaan mendukung lebih dari 70.000 pembudidaya ikan dan petambak udang di lebih dari 280 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. 

Berdasarkan riset terbaru dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LD FEB UI, eFishery mampu menyumbang Rp 3,4 triliun atau setara 1,55% terhadap PDB sektor akuakultur Indonesia tahun lalu.

eFishery didirikan di Bandung, Jawa Barat pada 2013. Perusahaan hadir mendisrupsi industri akuakultur dengan menghadirkan solusi digital auto feeder berbasis Internet of Things (IoT) yang dirancang untuk meningkatkan akuntabilitas, efisiensi, dan kenyamanan dari bisnis budidaya ikan. 

Pendekatan teknologi eFishery yang berbasis data menggunakan sensor untuk mengukur pergerakan ikan dan akustik dari udang, mengoptimalisasi pemberian makanan serta kesehatan ikan dan kualitas air, sembari mengurangi limbah. 

“Kami percaya dengan visi eFishery dan tertarik untuk menjadi mitra kunci yang memberikan nilai tambah dan berkontribusi bagi pertumbuhan perusahaan,” kata Principal 42XFund Iman Adiwibowo. Menurutnya, teknologi dan solusi akuakultur lainnya yang disediakan oleh eFishery telah berdampak signifikan bagi industri teknologi budidaya dan memberikan manfaat bagi pembudidaya kecil di Indonesia. 

Ia menyatakan perusahaan percaya bahwa eFishery dapat terus berkontribusi mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, sekaligus berperan dalam melestarikan lingkungan di Indonesia, bahkan dunia.

Managing Partners 500Global Khailee Ng mengatakan beberapa pihak berpikir bahwa seluruh dunia meniru Silicon Valley. 

Namun, “saya rasa eFishery terbukti unik dalam hal inovasi model bisnis, yang ditunjukkan dengan pencapaian dalam tiga hal sekaligus yaitu, skalabilitas, pertumbuhan yang berkelanjutan, dan profitabilitas yang dihasilkan secara konsisten selama bertahun-tahun, bahkan sebelum menjadi perusahaan dengan valuasi diatas USD 1 juta,” kata dia.

Menurutnya, model bisnis eFishery yang perlu dihadirkan di Silicon Valley.

Global Head of Sustainable Food Equity responsAbility Investments AG Rik Vyverman menambahkan, model bisnis eFishery mempersingkat supply chain atau rantai pasok dapat terus mendisrupsi pasar akuakultur tradisional Indonesia maupun dunia.

Sementara rA Southeast Asia Investment Director Chris Teoh mengungkapkan, kepemimpinan eFishery yang kompeten dan kedekatan perusahaan dengan komunitas pembudidaya dan seluruh pemangku kepentingan.

“Kami percaya perusahaan akan terus memodernisasi industri secara farm-to-fork,” ujarnya. Modernisasi yang dimaksud mulai dari rantai pasokan, tempat produksi hingga konsumen. 

“Kami sangat antusias untuk mendukung perusahaan berkembang ke tingkatan lebih tinggi,” Chris menambahkan.

Reporter: Lenny Septiani