Startup pertanian atau agritech Beleaf meraih pendanaan Seri A US$ 6,85 Juta atau sekitar Rp 104 miliar. Pendanaan ini dipimpin oleh Alpha JWC Ventures beserta investor lainnya seperti Openspace Ventures.
CEO Beleaf Farms Amrit Lakhiani berencana menggunakan dana itu untuk ekspansi bisnis, yakni:
- Membuka jaringan kebun di area baru di Bali, Medan, dan Lembang
- Riset dan pengembangan atau Research & Development Farms, karena berperan penting dalam memperluas jaringan layanan FaaS alias Farming-As-A-Service
- Melanjutkan pengembangan dari perangkat IoT atau Internet of Things dan OS alias Operating system Beleaf untuk memperkuat layanan FaaS
FaaS merupakan program mengelola pertanian secara mandiri. Startup Beleaf Farms menyediakan FaaS sejak tahun lalu.
Amrit mengatakan FaaS mampu menyelesaikan beberapa tantangan mendesak di sektor pertanian. FaaS yang didukung perangkat IoT milik Beleaf disebut menyediakan layanan end-to-end termasuk lintas-input, teknologi pertanian, dukungan agronomi, dan offtaking.
Layanan FaaS tersebut menghubungkan pertanian, ahli agronomi, dan pengecer dalam satu kesatuan integrasi ekosistem.
“Saat ini, fokus bisnis kami yakni mengendalikan dan meningkatkan hasil pertanian mitra, dengan peningkatan hingga 15% yield,” kata Amrit dalam keterangan pers, Kamis (3/8).
Amrit menjelaskan platform startup Beleaf memiliki kemampuan:
- Memantau cuaca
- Memantau pembibitan
- Memantau aktivitas penanaman
- Memantau dosis nutrisi
- Perencanaan pertanian
- Memantau panen
- Semua data yang dikumpulkan kemudian memperkuat pembelajaran teknologi untuk peningkatan berkelanjutan pertanian perusahaan
- Data dapat digunakan untuk penelitian dan pengembangan solusi agribisnis ke depan
“Kami membangun dengan menggunakan fasilitas pasca-panen untuk mengonsolidasikan volume dan menciptakan produk berkualitas tinggi yang konsisten dapat diekspor ke jaringan klien internasional,” kata Amrit.
Menurutnya, Beleaf Farms berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemimpin kategori dalam mengekspor sayuran hijau dan umbi-umbian seperti kentang, ubi jalar, jahe, dan wortel.
Amrit mengatakan, Indonesia memiliki lahan subur, air berlimpah, dan lingkungan berbeda yang diperlukan untuk menumbuhkan berbagai macam buah dan sayuran secara efektif. Tetapi secara tradisional dibatasi oleh komunitas petani yang sangat terfragmentasi.
Hal itu karena 70% petani kecil tidak memiliki akses ke pembiayaan yang diperlukan, asuransi, teknologi, logistik efisien, dan akses langsung ke pasar. “Untuk itu, program FaaS kami dalam posisi unik untuk memecahkan masalah tersebut dan membantu mewujudkan potensi pertanian laten Indonesia,” ujar dia.
Saat ini, Beleaf Farms memiliki 145 petani. Startup ini menargetkan 2.000 petani di akhir tahun 2024.
Perusahaan mencatat program FaaS meningkatkan hasil dan pendapatan petani, yang terbukti dengan keberhasilan distribusi 700 ton produksi pada Mei.
“Dengan mulai membangun kesuksesan awal ini, kami bertujuan memantapkan kehadiran di area utama pertanian di seluruh negeri, sambil terus mengembangkan keberadaan dan merek komersial yang kuat di Indonesia dan negara-negara tetangga,” katanya.
Pada Oktober 2022, Beleaf Farms memperoleh pendanaan US$ 2 juta atau sekitar Rp 30,9 miliar yang dipimpin oleh JWC Ventures, serta diikuti oleh anak usaha BRI dan Telkom.
BRI berpartisipasi melalui Sembrani Nusantara Fund, yang dikelola oleh perusahaan modal ventura BRI Ventures. Sedangkan Telkom masuk melalui Arise atau perusahaan patungan MDI Ventures dan Finch Capital. MDI Ventures merupakan anak usaha Telkom.
Startup itu didirikan oleh Amrit Lakhiani pada 2019. Perusahaan rintisan ini awalnya dikenal sebagai merek buah dan sayuran yang dipanen dari sistem pertanian hidroponik. Beleaf menjual produk seperti sayuran hijau dan buah langsung ke restoran maupun individu melalui supermarket dan platform e-commerce.