Setidaknya ada 11 startup Indonesia yang masuk dalam daftar Forbes Asia 100 to Watch 2023. Lis ini memuat perusahaan yang melakukan terobosan baik dengan menggunakan teknologi atau lainnya, dan menyasar pasar yang kurang terlayani.
Singapura menempati posisi teratas dalam daftar Forbes Asia 100 to Watch 2023 selama dua tahun berturut-turut. Kali ini, Negeri Jiran itu menyumbangkan 20 perusahaan.
Disusul oleh Hong Kong 15 dan daratan utama Cina 11 perusahaan.
Sementara Indonesia dan Filipina, yang merupakan pusat inovasi baru, menyumbang masing-masing 11 dan sembilan perusahaan.
Berikut daftar 11 startup Indonesia masuk daftar Forbes Asia 100 to Watch 2023:
1. Beleaf
Startup pertanian ini didirikan oleh CEO Amrit Lakhiani pada 2019.
Perusahaan rintisan ini awalnya dikenal sebagai merek buah dan sayuran yang dipanen dari sistem pertanian hidroponik. Beleaf menjual produk seperti sayuran hijau dan buah langsung ke restoran maupun individu melalui supermarket dan platform e-commerce.
Startup Beleaf Farms menyediakan Function As A Service atau FaaS berupa program mengelola pertanian secara mandiri sejak tahun lalu.
Awal Agustus, Beleaf meraih pendanaan Seri A US$ 6,85 Juta atau sekitar Rp 104 miliar. Pendanaan ini dipimpin oleh Alpha JWC Ventures beserta investor lainnya seperti Openspace Ventures.
Pada Oktober 2022, Beleaf Farms memperoleh pendanaan US$ 2 juta atau sekitar Rp 30,9 miliar yang dipimpin oleh JWC Ventures, serta diikuti oleh anak usaha BRI dan Telkom.
BRI berpartisipasi melalui Sembrani Nusantara Fund, yang dikelola oleh perusahaan modal ventura BRI Ventures. Sedangkan Telkom masuk melalui Arise atau perusahaan patungan MDI Ventures dan Finch Capital. MDI Ventures merupakan anak usaha Telkom.
2. Chickin
Startup budidaya unggas Chickin menggunakan teknologi Internet of Things alias IoT untuk manajemen dan distribusi daging. Perusahaan ini menawarkan peralatan peternakan pintar yang terintegrasi dengan teknologi berbasis cloud, yang disebut CI-Touch.
CI-Touch dapat mengoptimalkan pengaturan iklim, manajemen peralatan, dan kondisi ternak. Perusahaan ini mendukung lebih dari 9.800 peternak ayam.
Chickin didirikan oleh Ashab Alkahfi sebagai presiden, Tubagus Syailendra menjabat Chief Executive Officer (CEO), serta Chief Technology Officer (CTO) Ahmad Syaifullah pada 2020.
Startup Chickin bertujuan mendemokratisasikan industri perunggasan. Caranya, memanfaatkan dan mengintegrasikan teknologi IoT dengan manajemen data untuk meningkatkan pendapatan peternak.
Mereka yakin teknologi yang mereka sediakan dapat menghemat biaya pakan melalui pengendalian iklim. Selain itu, Chickin menyediakan pembiayaan dalam input peternakan.
Perusahaan rintisan itu juga menyediakan saluran untuk menjual ayam berkualitas tinggi kepada pelanggan business-to-business alias B2B.
Investor utama startup ini yakni 500 Global, East Ventures, Plug and Play APAC.
3. Cosmart
Cosmart adalah platform e-commerce berbasis membership untuk barang-barang kebutuhan pokok.
Melalui situs web dan aplikasi, pengguna dapat membeli barang rumah tangga dan makanan ringan dalam jumlah besar, yang diklaim dengan harga yang lebih murah ketimbang supermarket.
Pada Oktober 2022, Cosmart mendapatkan pendanaan tahap awal US$5 juta atau Rp 76,4 miliar. Investasi ini didapat dari Lightspeed, East Ventures, dan Vertex Ventures SEA & India.
Putaran pendanaan itu juga melibatkan partisipasi investor kawakan yakni Henry Hendrawan dan Albert Lucius.
Startup itu didirikan pada 2022 oleh Alvin Kumarga dan Robert Tan yang berpengalaman di bidang teknologi dan berpengalaman dalam mendirikan dan mengembangkan perusahaan.
4. Fresh Factory
Startup Fresh Factory adalah perusahaan fullfilment rantai dingin alias cold-chain fulfillment terintegrasi yang berspesialisasi dalam menyimpan dan mengirimkan barang dingin, beku, dan kering.
Fresh Factory menggunakan perangkat IoT di lebih dari 40 gudang untuk memantau suhu dan melacak lokasi produk.
Startup berkolaborasi dengan raksasa logistik Indonesia, Nusantara Card Semesta, untuk membangun jaringan pemenuhan rantai dingin terbesar di Indonesia, yang melayani 103 kota.
Tahun lalu, Fresh Factory meraih pendanaan awal (seed) US$ 4,5 juta atau sekitar Rp 66,6 miliar. Investasi ini didapat dari East Ventures, Saratoga Investama Sedaya milik Sandiaga Uno, Trihill Capital, Indogen Capital, Prasetya Dwidarma, Number Capital, Y Combinator, dan beberapa angel investor lainnya.
Fresh Factory didirikan pada 2020 oleh Larry Ridwan, Widijastoro Nugroho sebagai Chief Commercial Officer, dan Chief Financial Officer Andre Septiano.
5. Gokomodo
Startup Gokomodo menyediakan layanan pengadaan dan e-commerce untuk perusahaan di industri pertanian dan komoditas. Pengguna dapat memesan produk seperti alat pertanian dan peralatan keselamatan dari 68 brand, sedangkan pemasok dapat mengajukan penawaran dan melacak data penjualan.
Gokomodo menawarkan solusi melalui platform pengadaan, perdagangan, dan distribusi berbasis digital. Rincian layanan startup B2B ini sebagai berikut:
- Pengadaan barang
- Pencarian vendor
Peningkatan transparansi dan kemudahan pengendalian yang seluruhnya berbasis digital untuk para perusahaan agribisnis dan petani kecil
Lini bisnis e-commerce yang menyediakan produk agrobisnis dengan pengiriman didukung oleh kolaborasi bersama Waresix
Pada 2022, Gokomodo berhasil mengumpulkan US$ 26 juta atau sekitar Rp 386,8 miliar. Pendanaan seri A ini dipimpin oleh East Ventures, diikuti oleh konglomerat Triputra, Sinar Mas, dan Sampoerna.
Gokomodo didirikan pada 2019 oleh Co-Founder & CEO Samuel Tirtasaputra dan seorang ahli dibidang IT William Pramana sebagai Co-Founder & CTO.
6. TipTip
Startup penyedia platform untuk kreator konten alias content creator TipTip menargetkan ekonomi kreator di Asia Tenggara. Caranya, membantu para influencer di Indonesia terhubung dengan para penggemar dan memonetisasi konten.
Melalui situs web atau aplikasi TipTip, para influencer dapat melakukan siaran langsung (livestream), berbagi konten eksklusif untuk pelanggan, menjual tiket, dan banyak lagi.
Dengan pendanaan lebih dari US$ 23 juta, startup itu mengklaim telah bekerja sama dengan lebih dari 10.000 pembuat konten.
Startup itu didukung oleh investor seperti East Ventures, Vertex, SMDV, B.I.G Ventures, dan lainnya.
TipTip didirikan pada Oktober 2021, oleh Albert Lucius yang juga membangun Kudo, penyedia platform pembayaran online to offline atau O2O, yang diakuisisi oleh Grab pada 2017.
7. Xurya
Xurya merupakan perusahaan startup energi terbarukan alias renewable energy yang menyewakan panel surya kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Perusahaan startup itu menyelesaikan 128 instalasi, termasuk desain, operasi dan pemeliharaan panel surya. Perusahaan mengatakan panel-panel Xurya dapat menghasilkan antara 25% dan 30% dari konsumsi listrik sebuah bisnis.
Xurya memanfaatkan teknologi IoT untuk mengoperasikan lebih dari 100 pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap. Melalui teknologi IoT, Xurya dapat memantau performa ratusan panel dan di berbagai daerah di Indonesia.
Startup itu berdiri sejak 2018. Pada awal 2022, Xurya membukukan pendanaan seri A sebesar US$21,5 juta atau setara Rp 308 miliar.
Investor pendukung Xurya yakni AC Ventures, Clime Capital, Crevisse, East Ventures, GoTo, Mitsui & Co., New Energy Nexus, Prasetia Dwidharma, Saratoga Investment, Sermsang Power Corp., Schneider Electric.
8. Saturdays
Startup direct-to-consumer atau DTC kacamata lokal Saturdays didirikan oleh Rama Suparta dan Andrew Kandolha pada 2016.
Pada April 2022, Saturdays meraih pendanaan seri A. Investasi ini dipimpin oleh investor asal Singapura, Altara Ventures, DSG Consumer Partners dan afiliasi lainnya.
Pada 2020, Saturdays menerima pendanaan tahap awal dari perusahaan modal ventura lokal dan regional Alpha JWC Ventures, Kinesys Group, dan Alto Partners.
9. iSeller commerce
iSeller Commerce merupakan startup penjualan omni-channel. iSeller didirikan oleh Intersoft Solutions, perusahaan teknologi visioner yang menemukan teknologi web dan mobile inovatif yang digunakan oleh NASDAQ, Medco, Boeing, Airbus, Accenture, Microsoft hingga Citibank.
Perusahaan memiliki misi memberdayakan jutaan UMKM di Indonesia untuk memaksimalkan potensi melalui adopsi teknologi modern.
10. Dagangan
Startup social e-commerce Dagangan merupakan platform e-commerce yang menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai dari sembako, bahan makanan segar dan beku hingga busana.
Dagangan juga memberikan layanan pengantaran barang belanjaan di hari yang sama dan keesokan harinya.
Perusahaan rintisan itu membangun model bisnis melalui berbagai kanal, baik secara langsung melalui platform ataupun jaringan reseller dan pihak ketiga yang bekerja sama.
Startup itu meraih pendanaan pra-seri B US$ 6,6 juta atau Rp 95 miliar pada Juni 2022. Investasi ini dipimpin oleh perusahaan modal ventura BTPN Syariah Ventura diikuti oleh Monk’s Hill Ventures dan CEO Payfazz Hendra Kwik.
Dagangan menerima pendanaan seri A pada September 2021.
Dagangan didirikan pada 2019 oleh Ryan Manafe dan Wilson Yanaprasetya.
11. Crowde
Crowde merupakan startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) atau pinjaman online untuk sektor pertanian. Startup ini berfokus menyediakan ekosistem pertanian dari hulu ke hilir yang berkelanjutan.
Startup itu terdaftar resmi sebagai entitas yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.77/POJK.01/2016 sebagai jasa perantara yang menjembatani antara Pemberi Pinjaman dan Peminjam melalui koneksi internet.
Fintech itu didirikan pada 2015 Co-founder dan CEO Yohanes Sugihtononugroho.
Investor yang mendukung Crowde yakni Crevisse Partners, Great Giant Foods, Gree Ventures, Mandiri Capital Indonesia, Monk's Hill Ventures, Strive, UMG Idealab.