Tren startup tutup di Indonesia sejak tahun lalu hingga 2023. Berdasarkan catatan Katadata.co.id, jumlahnya justru bertambah.
Setidaknya ada 14 startup tutup di Indonesia sejak selama 2023. Rinciannya sebagai berikut:
- Startup penyedia ruang kerja bersama alias coworking space CoHive bangkrut per 18 Januari
- Startup social commerce atau platform berbelanja di media sosial berbasis keanggotaan RateS menutup semua gudang per 28 Februari
- Startup e-commerce JD.ID tutup operasional per 31 Maret
- Startup pinjol Danafix tutup operasional per 31 Maret
- Startup penyedia voucer Fave per April
- Startup e-grocery Tumbasin per 2 Mei
- Perusahaan patungan GoTo Gojek Tokopedia dan Unilever yang bergerak di bidang warung digital yakni GoToko per 15 Mei
- Startup cloud kitchen DishServe tutup pada awal Mei. Cloud kitchen merupakan penyedia layanan pesan-antar makanan.
- Startup penyedia solusi layanan perangkat software-as-a-service (SaaS) yang berfokus mendigitalisasi warung Lummo melakukan PHK karyawan dan menutup bisnis pada Mei
- Startup asuransi atau insurtech Futuready per awal Juli
- Startup pinjol Jembatan Emas per 30 September
- Startup Ula memutuskan untuk keluar dari bisnis distribusi FMCG pada Oktober
- Startup properti Rumah.com tutup pada 30 November
- Startup OTA Pegipegi per 11 Desember
Jumlahnya lebih banyak ketimbang tahun lalu, yakni:
- Startup e-grocery Brambang pada Mei 2022
- Mobile Premier League per Juni 2022
- Startup Beres.id per Juli 2022
- Aplikasi Navigasi Transportasi Publik Trafi per Juli 2022
- Platform earning aset kripto Blocknom tutup pada Juli 2022
- Startup penjualan jasa desain interior dan furniture Fabelio resmi dinyatakan pailit pada awal Oktober 2022
- Startup quick commerce Bananas pada Oktober 2022
- E-commerce Elevenia tutup Desember 2022
Penyebab Startup Tutup
Pada Maret, Peneliti Institute for Development of Economic Studies atau Indef Nailul Huda mengatakan, salah satu faktor berlanjutnya startup tutup atau PHK yakni kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang sangat agresif dalam setahun terakhir.
“Kenaikan suku bunga itu membuat investasi menurun, salah satunya ke sektor digital,” kata Nailul kepada Katadata.co.id, pada Maret (3/3).
Terlebih lagi, porsi investor asing dalam investasi digital secara nasional 80%. Alhasil, kenaikan suku bunga acuan AS sangat berpengaruh terhadap investasi ke startup Indonesia.
“Mereka (startup) harus bertahan dengan melakukan efisiensi, salah satunya melalui PHK,” ujar Nailul. “Belum lagi bank sentral AS the Fed nampaknya enggan menghentikan kenaikan suku bunga acuan.”
Pada Mei, Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia atau Amvesindo Eddi Danusaputro menyampaikan ada dua faktor yang mempengaruhi startup penyedia sayuran dan sembako tutup, yakni:
- Perilaku konsumen yang sudah berubah
- Perilaku belanja di Indonesia berbeda dengan negara lain
Peluang dari pandemi Covid-19 diambil sebagai kesempatan besar oleh para pelaku startup. “Selama pandemi corona, konsumen tidak punya pilihan belanja selain berbelanja online,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, pada Mei (8/5).
Saat kasus Covid-19 di Indonesia tinggi, muncul banyak startup quick commerce. Perusahaan rintisan ini menyediakan layanan pemesanan hingga pengantaran kebutuhan pokok hitungan menit dan jam.
Hal itu menimbulkan persaingan ketat dengan pemain yang sudah mapan di pasar.
Selain itu, kini masyarakat masif berbelanja di mal. “Akibatnya, model bisnis quick commerce di Indonesia menjadi tidak berkelanjutan,” ujarnya.
Tantangan lain startup e-grocery, termasuk quick commerce yakni kesulitan menjaga kualitas dan ketersediaan produk.
“Banyak startup yang sadar bahwa ada banyak kesulitan dalam menjaga kualitas dan ketersediaan produk, apalagi dalam hal startup dengan model bisnis quick commerce,” kata Eddi.