Cerita Startup AI RI Bersaing dengan Raksasa Global di Negeri Sendiri

YouTube AI Revolution
Ilustrasi AI generatif
Penulis: Desy Setyowati
8/3/2024, 15.51 WIB

Indonesia memiliki sejumlah startup AI atau kecerdasan buatan. Namun mereka bersaing ketat dengan raksasa global seperti pengembang ChatGPT yakni OpenAI, Google hingga Microsoft.

Beberapa startup AI di Indonesia yang menyediakan chatbot di antaranya Kata.ai, Botika, AiChat, Lenna, dan Bahasa.ai. Di bidang penyedia perangkat, Indonesia memiliki eFishery, HARA, Qlue, dan Nodeflux.

Chief Scientist of Text Prosa.ai Ayu Purwarianti menyampaikan, perusahaan menghadapi sejumlah tantangan dalam menyediakan layanan berbasis AI di Indonesia.

Untuk startup AI yang menyasar konsumen akhir alias business to customer (B2C), tantangannya yakni mendorong masyarakat lebih memilih layanan mereka ketimbang asing.

“Kami bersaing dengan perusahaan luar negeri jika menyasar B2C. Jadi kembali kepada dukungan dari masyarakat, mau tidak mau percaya dengan startup dalam negeri,” kata Ayu kepada Katadata.co.id di Jakarta, Rabu (6/3).

“Jadi pekerjaan rumah alias PR bagi kami yakni mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat,” Ayu menambahkan.

Di satu sisi, Ayu mencatat bahwa pesaing yang berbasis di luar negeri didukung oleh pendanaan jutaan dolar. “Pendanaan kami kecil,” ujar Ayu.

Survei Populix menunjukkan, masyarakat Indonesia mayoritas menggunakan layanan AI ChatGPT. Disusul oleh Copy.ai, Luminar AI, dan Oracle. Rinciannya sebagai berikut:

Aplikasi Artificial Intelligence/AI yang Paling Banyak Digunakan di Indonesia (April 2023) (Populix)

Jika startup AI menyasar segmen business to business (B2B), maka tantangannya yakni memberikan literasi kepada SDM klien. Selain itu, anggaran belanja teknologi perusahaan di Indonesia masih kecil.

Data IBM menunjukkan, anggaran belanja teknologi di Indonesia hanya 0,02%. Angkanya di bawah Filipina 0,07%, Singapura 2%, dan Amerika 4%.

Startup AI Indonesia pun memanfaatkan Model Bahasa Besar alias LLM yang dibangun oleh perusahaan asing. Hal ini karena pengembangan LLM membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar.

“Ada banyak LLM yang tersedia dan bisa kami unduh. Tetapi, usecase dan perangkat lunak alias software-nya tetap di kami,” ujar Ayu.

Selain itu, Microsoft baru-baru ini meluncurkan Microsoft AI Founders Club di Indonesia. Ini merupakan komunitas eksklusif bagi para pendiri startup B2B yang berkomitmen mempercepat pertumbuhan bisnis dengan AI.

Komunitas itu berfungsi sebagai forum bagi para pendiri startup B2B untuk memperoleh pelatihan personal dari Microsoft Executive Advisors di berbagai bidang AI, seperti teknik (engineering), keuangan, dan go-to-market.

“Dengan banyaknya peluang yang ditawarkan oleh AI, kami percaya startup dapat merevolusi operasional bisnis, mendapatkan wawasan unik tentang perilaku pelanggan, mengembangkan solusi dan ekonomi baru yang out-of-the-box, serta menciptakan dampak positif yang belum ada sebelumnya,” ujar Presiden Direktur Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir dalam keterangan pers, Kamis (7/3).

Bimbingan yang diberikan, yakni cara membangun thought-leadership di LinkedIn, akses eksklusif untuk meninjau solusi AI baru dari Microsoft, hingga interaksi dengan insinyur Microsoft untuk mengakses solusi guna mengembangkan peta jalan pengembangan produk AI yang komprehensif.

Total ada 18 startup Indonesia yang terpilih untuk bergabung dalam Microsoft AI Founders Club Indonesia. Beberapa di antaranya adalah MTARGET dan Meeting.AI.

Reporter: Desy Setyowati, Lenny Septiani, Antara